Senin, 26 Mei 2014

PENGERTIAN ILMU OLAH RAGA

PENGERTIAN ILMU OLAH RAGA
ATLET YANG BERMAIN UNTUK OLAH RAGA YANG SUDAH MENDAPATKAN PERHATIAN 
Sepak Bola
Olah raga yang paling besar di Malang adalah sepak bola. Dengan dua tim, Arema dan Persema, masyarakat Malang sering ke stadion dan menikmati pertandingan timnya. Satu hari, peneliti menonton press conference tim Persema untuk sementara. Peneliti diantar ke situ karena memang peneliti tidak dapat masuk atau berbicara dengan pemain kalau peneliti ke situ sendirian. Ada rumah atau asrama yang dipakai oleh Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Malang untuk ditempati oleh atlet berprestasi. Rumah ini dekat dengan kantor KONI dan cukup mewah. Waktu peneliti tiba ke situ, ada banyak mobil di tepi jalan dan hanya ada beberapa sepeda motor. Kelihatan orang yang terlibat dengan tim ini mempunyai kemampuan untuk membeli mobil. Selain mobil-mobil, ada beberapa polisi yang berdiri di sekeliling rumah itu dan wartawan-wartawan dimana-mana. Juga ada beberapa pegawai dari kantor pemerintah seperti KONI. Waktu peneliti lihat ke dalam rumah, ada banyak pemain Persema yang memakai baju Persema yang sama, biasanya dengan celana ‘jeans’. Mereka dikasih makanan dan minuman dan diperbolehkan berbicara sambil menunggu acara dimulai. Cara bicaranya keras sekali dan sering bercanda. Sambil peneliti di luar, ada pemain asli Chili yang menemui wartawan dan dalam Bahasa Indonesia yang sudah lancar, bertanya siapa wartawan yang menulis artikel dalam Malang Pos yang berkata bahwa dia akan ikut Persema lagi musim depan. Pemain ini tidak senang karena informasi itu belum ditentukannya. Waktu pemain Chili ini berbicara, dia melihat kepada kawan seregunya dan memutar matanya. Mereka tersenyum bersama dan pemain luar negeri terus dengan percakapannya. Dengan melihat cara pemain dan pegawainya berkumpul bersama, dapat dilihat kesatuan tim Persema. Walaupun pemain tersebut bukan orang Indonesia, dia dianggap sama dengan anggota Persema lain. Dia dapat bercanda dan tertawa tentang anggota tim lain seperti dia juga orang Indonesia. Tim Persema kelihatan seperti kelompok yang kompak sekali.

Setelah ditanya oleh teman peneliti, pemain Persema senang untuk diwawancarai, tetapi hanya ada waktu untuk mewawancara satu orang. Pemain yang diwawancarai ramah sekali dan sangat membantu dan menjawab semua pertanyaan. Yang peneliti dapat dari wawancara itu adalah bahwa pemain ini dapat jaminan hidup karena bermain untuk Persema. Dia mempunyai pendapat bahwa olah raga di Malang sangat dihargai, khususnya sepak bola. Dia suka menjadi ‘pahlawan’ olah raga karena membuat senang keluarga dan temannya. Yang paling penting, dia bermain untuk dia sendiri, kemudian timnya dan setelah itu, untuk pendukung dan keluarga. 

Waktu peneliti melakukan wawancara, walaupun pemain itu ramah, peneliti mempunyai perasaan seperti tidak mau menghabiskan terlalu banyak waktu karena dia sibuk dan waktunya mahal. Perasaan ini mungkin betul, mungkin salah, tetapi yang penting ada perasaan tersebut. Biasanya, pikiran seperti itu hanya diciptakan kalau ada orang yang berprestasi atau cukup tingginya kedudukan dalam masyarakat. Betul, Persema adalah tim sepak bola yang mewakili Malang, dan peneliti berpendapat bahwa pemain tahu tingginya atau penghargaan untuk mereka karena mereka telah berhasil menjadi ‘pahlawan’ olah raga untuk masyarakat Malang.

Dari pengalaman peneliti, ada pancaran keren meliputi pemain Persema. Walaupun mereka sangat ramah dan mau membantu, kelihatan seperti mereka memikir mereka sudah berprestasi dan tidak perlu orang lain karena mereka sudah terkenal di Malang. Persema baru kalah di Jakarta, tetapi terlihat seperti itu sudah dilupa. Kelakuan ini tidak berarti bahwa mereka tidak peduli tentang orang lain dan pertandingnya, tetapi waktu mereka bersama, mereka kompak sebagai satu kelompok atau satu tim. Waktu tim Persema bersama, mereka tidak merasa orang sendiri lagi, mereka adalah bagian tim. Mereka tahu bahwa mereka sudah berprestasi di Malang, dan tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain di Malang yang masih terus berjuang untuk mendapatkan fasilitas dan perhatian. Identitas pemain Persema adalah timnya. Tentu saja, ini berubah waktu mereka pulang atau ke tempat lain sendirian, tetapi waktu mereka masih di Malang dan bermain untuk Persema, mereka mengidentifikasi dirinya sebagai anggota Persema.

A. Tim Balap Sepeda
Walaupun sepak bola adalah olah raga yang paling besar di Malang, ada jenis olah raga lain yang juga sudah mendapatkan perhatian di Malang. Olah raga ini termasuk balap sepeda dan paralayang. Tim balap sepeda dan paralayang adalah di antara tim yang paling besar dari Malang yang ikut PON XVI di Palembang. 

Waktu peneliti kunjungi velodrome untuk bertemu dengan tim balap sepeda, peneliti bertemu dengan beberapa atlet yang sedang istirahat sebelum mulai latihan lagi. Atlet di situ masuk PON XVI Palembang dan juga ada atlet yang mewakili Indonesia dalam kompetisi luar negeri. Tim balap sepeda ini terlihat kuat sekali. Bukan secara individu, tetapi kuat sebagai tim. Waktu pertama kali peneliti kunjungi velodrome, hanya ada sedikit orang. Ada yang memperbaiki sepedanya, dan yang lain hanya duduk bersama sambil ngobrol. Ada yang mau membantu peneliti melakukan penyebaran angket tetapi yang lain berkata bahwa tidak apa apa, satu orang dapat mewakili semua anggota tim. Mereka kelihatan mempunyai kepercayaan pada anggota tim lain tetapi juga, sama dengan yang sudah peneliti alami dengan tim Persema, waktunya mahal. Waktu yang lain peneliti ke velodrome itu berbeda karena ada lebih banyak atlet di sana, dan peneliti dapat kesempatan untuk melihat bagimana mereka saling berinteraksi. Mereka kelihatan teman yang baik sekali dan semua duduk di kamar bersama waktu tunggu untuk memulai latihan. Peneliti melihat mereka sangat disiplin. Peneliti juga melihat velodrome, yang, walaupun satu atlet berkata bahwa dia ingin Malang mempunyai velodrome yang bersih dan bagus seperti dia lihat waktu berkompetisi di Adelaide Australia, velodrome itu masih bagus. Ketika ditanya tentang upaya yang dilakukan para atlet balap sepeda tersebut, maka mereka menjawab akan berupaya memajukan olah raga balap sepeda yang ada di Malang, termasuk meningkatkan kemampuannya di balap sepeda dan berupaya menjadi juara dunia. Ketika peneliti ke velodrome pada bulan puasa dan walaupun ada anggota tim yang puasa, mereka masih terus ikut latihan. Akhirnya, setiap orang disana mengisi angket peneliti dan peneliti menemukan data bahwa mereka betul disiplin sekali, dan berlatih keras. Pada jawaban mereka, banyak menyebut bahwa mereka mau ikut kompetisi nasional atau internasional dan menjadi juara. Ada atlet balap sepeda berpendapat bahwa olah raga sudah sangat maju di Malang, khususnya balap sepeda. Juga ada yang berkata bahwa olah raga di Malang lumayan, dan sudah mulai ada perhatian. Secara umum, merekat berpikir bahwa olah raga di Malang cukup maju, khususnya balap sepeda. Akan tetapi, juga ada beberapa pemain balap sepeda yang mengaku bahwa mereka tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain.

Kelompok atlet ini kelihatan mempunyai disiplin. Mereka ikut tim balap sepeda yang mempunyai perhatian yang sudah cukup dan mereka tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain karena mereka tidak usah tahu. Mereka mau menjadi paling bagus atau juara dalam olah raganya dan ada beberapa yang bisa mendapat jaminan hidup kalau bermain. Mereka atlet elit, bagian tim balap sepeda dan mereka hidup untuk olah raganya. 

B. Tim Paralayang
Peneliti juga menghadiri upacara penghargaan atlet PON XVI yang berlangsung di Malang pada tanggal 28 Oktober 2004. Peneliti mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan semua atlet Malang yang ikut PON XVI. Selain tim balap sepeda, kelompok kuat lain yang mempunyai sifat-sifat cukup sama dengan tim balap sepeda adalah atlet atau tim paralayang. Mereka kelihatan seperti dalam situasi sama dengan tim balap sepeda terutama perhatiannya dalam bidang olah raganya. Tim paralayang dan balap sepeda kelihatan sudah berteman dan saling kenal. Mereka mempunyai pancaran termasuk dalam satu klub atau kelompok, dan kelihatan hanya ada satu cara untuk ikut kelompok itu, yaitu ikut paralayang. Yang menarik tentang pemain paralayang di Malang adalah bahwa waktu ditanya apa maksud olah raga untuk Anda, semua tim paralayang menjawab kesehatan. Ini bukan olah raga yang mereka terkuni sejak masih kecil tetapi olah raga yang hanya dimulai waktu mereka sudah dewasa. Mereka ikut klub untuk bermain paralayang karena mereka berpendapat bahwa pandangan dan pengalaman paralayang enak sekali. Mereka ikut karena mereka mau mengalami pengalaman tersebut. Selain itu, mereka mencari teman dalam melakukan olah raga ini.

C. Analisa
Secara umum, atlet tersebut di atas, atau atlet yang termasuk dalam olah raga yang sudah maju tidak tahu tentang olah raga lain di Malang. Dari semua responden, mereka berkata bahwa olah raga yang mereka ikut di Malang cukup maju, dan mereka tidak tahu tentang olah raga lain. Mereka menekuni olah raga yang diikutinya, mereka mempunyai timnya. Ini membuat mereka komplit dalam hidup olah raga. Mereka termasuk dalam klub atau organisasi sendiri, dan itu klub atau organisasi yang kuat sekali dalam kebersamaannya. Mereka secara umum tidak memfokuskan pada olah raga lain yang harus berjuang untuk maju karena mereka hanya tahu tentang situasi dalam olah raga mereka sendiri. Atlet berprestasi ini, termasuk pemimpin dan anggotanya seperti klub sendiri. Memang masih ramah dan akan membantu orang lain, tetapi mereka sudah mempunyai identitas, dan identitas itu berjalin dengan olah raganya.

ATLET YANG BERMAIN UNTUK OLAH RAGA YANG BELUM MENDAPATKAN PERHATIAN
Atlet PON XVI Lain
Pada pihak yang lain, ada beberapa atlet yang sudah berprestasi tetapi bermain olah raga yang kurang mendapatkan perhatian di Malang. Atlet ini ikut PON XVI Pelembang tetapi sebagai tim dengan hanya satu, dua atau tiga atlet. Mereka masih atlet berprestasi seperti atlet lain, tetapi mereka tidak sebagian kelompok besar seperti tersebut di atas. Yang menarik tentang atlet ini adalah bahwa mereka menjadi satu kelompok dari beberapa jenis olah raga. Walaupun mereka tidak masuk tim yang besar, mereka masih mencari atlet dari olah raga lain dan berteman. Ini dapat dilihat di upacara penghargaan atlet PON XVI tersebut. Semua atlet sudah kenal atlet yang lain dalam tim PON XVI Jawa Timur dan kelihatan seperti teman, tetapi untuk olah raga yang yang kurang mendaptkan perhatian tidak ada tim tetapi ada atlet sendiri, berdua atau bertiga saja. Dalam angket, lain dengan orang yang bermain olah raga yang sudah cukup besar, semua atlet ini berkata bahwa olah raga yang ditekuni tidak mempunyai cukup perhatian di Malang. Misalanya, seorang atlet berkata bahwa olah raganya, panjat tebing, masih kurang sarana. Dia juga berkata bahwa pengurus harus memperhatikan kebutuhan atlet seperti prasarana dan dana. Sepemain softball berpendapat bahwa olah raga di Malang masih kurang perhatian baik dari masyarakat ataupun pemerintah. Tidak hanya atlet PON XVI, seorang atlet yang ikut Olimpiade Athena juga ingin olah raga di Malang lebih diperhatikan, panjat tebing khususnya, supaya olah raga panjat tebing di kota Malang lebih banyak peminatnya dan berprestasi setinggi-tingginya.

A. Analisa
Dua kelompok atlet tersebut masih bermain untuk alasan yang sama dengan atlet lain, misalnya hobi, menyenangkan dan kesehatan. Mereka mau prestasi seperti atlet apa saja, dan percaya bahwa semua olah raga di Malang harus mempunyai lebih banyak perhatian untuk menjadi lebih maju. Akan tetapi, atlet yang mempunyai perjuangan mau prestasi bukan hanya untuk sendiri tetapi juga karena kalau mereka berhasil, itu dapat membantu olah raganya berkembang dan mendapat lebih banyak perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Identitas mereka termasuk perjuangannya untuk menjadi juara jadi orang lain bisa mengetahui lebih banyak tentang olah raganya. Kalau mereka berhasil dalam kompetisi, mereka dapat memakai itu sebagai cara untuk meningkat perhatian olah raga di Malang. Atlet lain seperti tim balap sepeda sudah memasuki timnya dan identitasnya termasuk tim dan olah raganya. Mereka sudah termasuk dalam klub dan ini bagian hidup dan identitasnya.

MOTIVASI PEMAIN OLAH RAGA
Bagian ini akan menggambarkan tentang orang yang bermain olah raga karena mereka senang bermain, walaupun tidak akan berkompetisi pada tingkat nasional atau internasional. Mereka bermain untuk klub atau organisasi dan biasanya berlatih beberapa kali seminggu. Orang tersebut bermain untuk beberapa alasan, dari menyenangkan saja sampai mempersiapkan untuk kompetisi. Kebanyakan mereka bermain untuk menyenangkan dan untuk kesehatan. 

Mereka berlatih beberapa kali seminggu karena tanpa olah raga, mereka akan bosan atau merasa kurang. Untuk orang seperti ini, olah raga dilakukan untuk menjaga kondisi tubuh, untuk kesehatan, membina mental, mencapai prestasi dan sosialisasi. Mereka bermain untuk mereka sendiri, karena mereka mau bermain. Olah raga adalah bagian dari kehidupan mereka.

A. Metode
Untuk bagian ini, peneliti bertanya kepada kelompok anak Universitas Negeri Malang. Ada anak yang ikut jurusan olah raga, dan ada anak di jurusan lain. Peneliti ke tempat olah raga mahasiswa dimana ada orang yang bermain beberapa jenis olah raga. Ada bola voli, karate, pencat silat, sepak bola, bola basket dan sebagainya. Betul, anak hanya dari satu universitas, dan observasi hanya tentang anak ini. Akan tetapi, saya memfokuskan pada kelompok ini karena mereka dari beberapa jenis olah raga dan mempunyai pendapat sendiri tentang olah raga di Malang. Dalam topik olah raga dan identitas, kelompok ini mungkin kelompok utama yang menunjukkan bahwa olah raga dapat menjadi bagian hidup untuk orang. Mereka mewakali banyak orang lain di Malang yang bermain untuk alasan yang sama. Seperti atlet berprestasi, peneliti juga memberi orang ini angket khusus untuk anak ini. Yang menarik tentang kelompok ini adalah bahwa mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan secara penuh dan lengkap. Mereka mempunyai pendapat tentang banyak aspek olah raga di Malang, dan tidak malu untuk mengemukakan pendapatnya. 

B. Jawaban dan Observasi
Waktu peneliti ke tempat mereka berolah raga dan memberi angket, peneliti agak terkejut dengan jawaban tentang berapa sering mereka bermain. Kebanyakan mereka berlatih sering sekali dan cukup intensif. Waktu peneliti bertanya berapa kali seminggu mereka bermain, hanya ada satu orang dari dua puluh responden yang berlatih dua kali seminggu. Semua yang lain berlatih tiga kali seminggu atau lebih, dan ada beberapa orang yang berlatih sebanyak enam kali seminggu atau setiap hari. Alasan spesifik kenapa mereka ikut sangat berbeda untuk semua orang. Ada yang bermain untuk mengisi waktu kosong. Beberapa orang berkata mereka ikut olah raga untuk menjaga kondisi dan kesehatan tubuh dan membentuk tubuh. Ada yang bermain untuk menyenangkan sebagai hobi saja. Responden lain berkata bahwa dia bermain “karena ditubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.” Ada yang berkata bahwa mereka mau mencapai prestasi, dan seorang lain suka bermain karena dapat menemukan tantangan baru. Mereka suka sosialiasi dalam olah raganya dan juga ada yang berkata olah raga adalah bagian dari hidupnya. 

Selain dari faktor kesehatan dan fisik, dari observasi peneliti, ada banyak orang yang ikut olah raga karena mereka bisa membuat teman baru dan mempunyai kesempatan untuk sosialiasi. Sebenarnya mereka ke lapangan untuk latihan tetapi ada kesempatan untuk sosialisasi juga. Misalnya ketika peneliti ke situ, pemain tidak bisa berlatih karena mulai hujan. Jadi, sambil menunggu hujan berhenti semua anggota duduk di ruang yang sama dan ngobrol untuk beberapa jam. Mereka ramah kepada semua orang yang ada di situ, dan waktu ada anggota baru, mereka diterima juga. Misalnya peneliti lihat ada anggota lama yang belum kenal dengan orang yang baru ikut. Anggota lama itu langsung, tanpa menunggu untuk menyapa orang lain, memperkenalkan diri dan ngobrol tentang jurusan kuliah dan sebagainya. 

Selain itu, sosialisasi ini dapat dilihat dengan kelompok karate waktu ada training camp atau satu malam mereka pergi ke tempat lain bersama untuk berlatih. Mereka tinggal untuk satu atau dua malam dan berlatih di tempat alami dan indah. Peneliti tidak pernah ikut training camp seperti itu, tetapi sudah melihat semua foto-foto dan mendengarkan cerita dari orang yang ikut. Laki-laki dan perempuan tetap ikut bersama. Ada foto mereka semua berteriak dan tertawa waktu main di sungai sambil masih memakai seragam. Kelihatan semua orang senang dan suka sekali training camp seperti itu karena mereka bisa berdua berlatih dan bermain dengan temannya. Mereka memilih sendiri untuk ikut training camp dan mereka suka ikut karena bisa menjadi lebih akrab dengan teman olah raganya dan juga karena bisa berlatih di tempat indah. Mereka tidak akan melupakan hal ini dalam hidupnya, dan mereka senang sekali waktu iktu. Olah raga tersebut merupakan bagian dari hidupnya.

Hal lain yang dapat digambarkan adalah bahwa ada banyak klub atau organisasi yang belum mempunyai fasilitas atau tempat berlatih yang cukup. Misalnya tim karate harus berlatih di padang ramput di tengah jalan. Mereka tidak mempunyai gedung yang bisa dipakai atau tempat lain yang memadai. Ini sama dengan olah raga lain tetapi mereka terus bermain bagaimanapun kekurangan fasilitas. Ini memunculkan persoalan untuk mereka pada musim hujan, karena biasanya hujan setiap hari dan mereka tidak bisa berlatih kalau hujan karena tidak ada tempat yang tertutup. Mereka berkata bahwa memang mereka sangat ingin dan akan senang kalau dikasih fasilitas yang baik, tetapi mereka juga tahu bahwa tidak ada kemampuan atau uang untuk mendapatkan fasilitas yang mereka inginkan. Oleh karena itu, beberapa responden berpendapat bahwa olah raga yang mereka ikuti harus terus mendapat lebih banyak dukungan dan perhatian dari pemerintah. 

C. Analisa
Walaupun ada banyak sekali olah raga lain di Malang yang dapat dimasukkan dalam kelompok ini, namun kelompok ini mempunyai jawaban yang relevan dan dapat mewakili seluruh Malang. Mereka berlatih dengan fasilitas yang kurang lengkap dan semua orang mempunyai alasan berbeda untuk bermain. Akan tetapi, yang ditemukan dari observasi dan angket adalah bahwa semua orang sangat cinta olah raga. Mereka cinta itu untuk berberapa alasan, tetapi semua orang bermain karena mereka mau dan suka. Kalau tidak ada olah raga untuk orang tersebut, hidupnya kurang lengkap. Dalam konteks olah raga dan identitas, olah raga adalah bagian besar identitasnya karena mereka bermain beberapa kali seminggu. Olah raga adalah separuh hidupnya, dan sebagian lagi untuk digunakan tidur. Mereka mengerti tentang olah raga lain, dan kecintaan olah raga menambah pengetahuan tentang isu olah raga dalam komunitas lokal, nasional dan dunia.


OLAH RAGA SORE DI TEMPAT UMUM
Ada sebagian besar olah raga di Malang yang tidak diorganisasikan dan tidak dipimpin. Ini adalah olah raga di jalan, di mana setiap sore anak dari mana-mana keluar rumahnya dan bermain olah raga di lapangan umum atau jalan. Mereka bermain dengan siapa saja yang mau bermain.

Ada beberapa jenis olah raga yang dilakukan di jalan. Tentu saja ada anak yang bermain sepak bola, tetapi selain itu ada bulu tangkis, bola basket, bola voli, skateboard, sepeda dan beberapa jenis lain. Kalau ada olah raga bisa bermain di jalan, biasanya ada anak yang akan bermain.

A. Metode
Dekat tempat tinggal peneliti ada beberapa lapangan dan jalan besar di mana anak bisa bermain. Setiap sore ada orang yang lewat depan rumah peneliti untuk bermain sepak bola di lapangan dan juga ada anak yang bermain skateboard dan sepeda. Jadi sering kali peneliti lewat di sekitar tempat mereka berolah raga dan sering menonton mereka bermain atau berbicara dengan mereka. Kadang-kadang peneliti juga ikut, dan sudah menjadi teman dengan anak ini. Ada olah raga di jalan di mana-mana di Malang jadi sering kali peneliti ke tempat lain atau rumah teman dan melihat anak bermain di jalan di sekitar rumahnya. Peneliti juga memberi anket kepada beberapa pemain dan bertanya kepadanya.

B. Sepak Bola
Setiap sore banyak anak keluar dari rumah atau kampungnya dan berkumpul di lapangan umum untuk bermain sepak bola. Walaupun itu lapangan umum, semua orang tahu bahwa lapangan dibagi dalam waktu, yaitu orang yang masih mudah tahu bahwa mereka boleh bermain sampai kira-kira jam empat, dan setelah itu anak kecil keluar lapangan dan orang yang lebih tua akan bermain. Pembagian waktu ini sudah diketahui oleh semua anak dan dimengerti oleh semua orang. Jadi anak besar tidak mengganggu anak kecil dan baliknya. Setiap kali peneliti melihat, anak selalu bermain di lapangan yang sama biasanya dengan pemain yang sama.

Waktu mereka bermain, mereka juga tahu siapa ikut tim yang mana, jadi tidak perlu memakai baju yang sama atau seragam. Sekali peneliti bertanya tentang hal ini, bagaimana mereka tahu siapa termasuk di timnya. Mereka menjawab bahwa orang hanya tahu. Mereka sudah bermain sepak bola bersama cukup lama jadi tahu siapa kawan seregunya. Sehal yang menarik terjadi pada suatu hari waktu peneliti duduk dengan salah satu kelompok anak sambil mereka menunggu anak lain. Ada anak yang berjalan di jalan raya sambil membawa bola. Teman peneliti berteriak kepada anak tersebut. Mereka diterima seperti teman, tetapi waktu peneliti bertanya kepada teman siapa nama anak lain itu, jawaban adalah bahwa dia tidak tahu. Peneliti terkejut sekali karena mereka sering bermain bersama seperti biasa dan sebelum waktu itu peneliti mengira mereka sudah saling kenal karena hubungannya kelihatan cukup akrab. Kelihatan mereka tidak peduli siapa yang bermain, hanya bahwa mereka mempunyai cukup orang untuk membentuk dua tim.

Mereka bermain setiap hari, sementara berteriak dan bercanda bersama dan pertandingnya tidak terlalu serious. Mereka secara santai ikut peraturan-peraturan permainan sepak bola tetapi tidak ada wasit dan biasanya tidak ada percekcokan. Ada orang yang memakai sepatu sepak bola tetapi kebanyakan tidak bersepatu. Akan tetapi, semuanya memakai baju dan celana pendek. Orang yang bermain mempunyai kepandaian yang cukup bagus dan berlari agak cepat. Ada yang bermain untuk klub atau organisasi yang ikut, dan ada yang ikut hanya untuk kesenangan. Mereka tidak peduli tentang cuaca, dan ada beberapa orang yang masih bermain kalau lapangan basah dan juga ada sedikit orang yang akan bermain kalau hujan. Pemainan sepak bola sudah menjadi kebiasaan sehari-hari untuk banyak anak kampung, tidak hanya di tempat peneliti tetapi di beberapa lapangan lain di seluruh Malang.

C. Skateboard
Selain sepak bola, ada kelompok anak laki-laki yang bermain skateboard di tepi jalan besar. Mereka mempunyai papan sendiri, tetapi mereka juga mempunyai perlengkapan skateboard seperti landai dan galah yang mereka simpan di depan rumah di sekitar tempat bermainnya. Setiap hari, kira-kira jam empat mereka menyiapkan perlengkapan dan main skateboard selama dua jam atau lebih. Jumlah anak di situ tergantung pada hari, biasanya paling kurang tiga, sampai sepuluh orang atau lebih. Mereka tidak peduli bahwa orang yang lewat dapat melihat mereka berlatih dan jatuh, mereka hanya peduli tentang bermain skateboard terus. Anak-anak skateboard ini sudah saling berteman. Berbeda dengan anak yang bermain sepak bola, yang bermain skateboard semua teman yang akrab sekali. Umurnya berbeda, ada anak yang ikut Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan juga termasuk mahasiswa.

Mereka seperti ‘gerombolan skateboard’. Mereka teman yang akrab sekali, tidak peduli tentang umur atau sekolah mereka dan biasanya tidak berbicara tentang sekolah atau kuliah. Ada yang mempunyai sepeda motor dan telepon selular dan ada yang tidak. Mereka tidak peduli dengan status atau posisinya dalam masyarakat, mereka hanya berkumpul untuk menghabiskan waktu dan berlatih skateboard. Akan tetapi, kelompok ini tidak menakutkan dan eksklusif. Sebetulnya balik. Mereka suka sekali bertemu dengan orang lain, dan itu alasan peneliti menjadi temannya. Sama dengan anak lain yang mau ikut skateboard. Misalnya, ketika ada anak kecil, kelihatan kira-kira usianya delapan tahun dan suka sekali menonton anak bermain skateboard. Anak kecil ini datang dengan bapaknya dan kelihatan sangat berminat untuk mencoba bermain sendiri tetapi dia merasa terlalu malu. Anak ‘gerombolan skateboard’ langsung memberi anak itu sepapan untuk dipakai dan berkata, ‘ayo, coba, tidak apa apa’ sampai anak itu tidak takut lagi dan mencoba bermain sendiri.

Anak yang bermain skateboard ini, selain bermain setiap hari bersama, juga sering menghabiskan waktu bersama pada malam. Biasanya anak yang masih sekolah tidak ikut tetapi mereka yang tidak bersekolah sering bersama. Mereka menonton film, makan atau bermain musik bersama, dan kadang-kadang membolos sekolah atau kuliah untuk bermain. Kalau malam minggu, mereka akan bermain di rumah atau ke kafe, dan yang ikut mempunyai usia yang berbeda-beda. Mereka teman yang baik, ataupun mereka ikut skateboard karena temannya sudah bermain atau skateboard dan bertemu teman, bermain skateboard adalah bagian hidup mereka. Bermain skateboard adalah kesempatan untuk mereka melepaskan diri dari persoalan atau tekanan hidup dan menghabiskan waktu secara bersama-sama.

D. Olah raga Lain di Jalan
Olah raga sepak bola dan skateboard tersebut merupakan dua olah raga yang dilakukan di jalan. Ada beberapa jenis lain yang juga dilakukan setiap sore. Peneliti lihat di satu lapangan besar ada banyak orang yang bermain macam-macam olah raga dengan beberapa pertandingan dan permainan di satu lapangan. Ada orang yang bermain layang-layang, ada yang ikut lomba burung dan bola voli. Di tempat lain ada yang bermain olah raga seperti bulu tangkis dan bola basket. Mereka bermain sebagai hobi, menjaga kesehatan dan sosialiasi dengan temannya. Olah raga tersebut tidak semuanya dimainkan oleh masyarakat Malang, tetapi yang betul, olah raga dimainkan dimana-mana di Malang, setiap sore sampai menjelang malam.

E. Analisa
Anak-anak yang bermain di tempat umum bermain hampir setiap hari. Mereka bermain biasanya karena mereka menjalurkan hobi dan bermain sejak kecil. Itu tempat mereka bisa bertemu dengan teman dan bermain secara senang dan melupakan sebentar semua persoalan hidup. Bermain di tempat umum seperti itu merupakan cara biasa yang dilakukan bagi anak Malang, dan sudah menjadi gaya hidup mereka. 

PENDAPAT MASYARAKAT MALANG TENTANG OLAH RAGA DAN PEMAINNYA
Olah raga di seluruh dunia memerlukan pendukung-pendukung dan orang yang siap untuk membantu dalam kompetisi lokal untuk memajukan dan memastikan olahragawan yang sudah berprestasi dapat terus dan menjadi atlet. Ada beberapa orang di Malang yang tidak bermain olah raga, tetapi masih terlibat. Misalnya kalau mereka menonton olah raga di televisi, stadion atau lapangan lokal, atau setiap minggu mengantar anaknya untuk bermain. Orang seperti ini menjadi bagian masyarakat yang membantu olah raga menjadi maju. Tanpa orang seperti ini, olah raga hanya akan termasuk pemain, dan kalau tidak ada orang yang mau menonton, olah raga tidak bisa menghasilkan uang atau fasilitas untuk maju. Oleh karena itu, bagian ini akan menggambarkan bagaimana pendapat masyarakat Malang tentang olah raga dan pemainnya.

A. Metode
Data atau informasi yang diperoleh dijaring melelui angket peneliti, bertanya kepada orang secara langsung dan melakukan wawancara dengan beberapa orang. Responden tersebut termasuk mereka yang tidak tahu tentang olah raga di Malang sampai orang yang mengambil jurusan olah raga di universitas.

B. Pendapat Masyarakat Malang tentang Olah Raga dan Pemainnya
Pendapat masyarakat Malang tentang olah raga dan pemainnya tergantung pada orang spesifik dan kesukaannya terhadap olah raga. Orang yang terlibat dalam olah raga biasanya mempunyai pendapat tentang olah raga di Malang dan Indonesia yang lebih luas daripada orang yang tidak terlibat secara langsung dalam olah raga. Ada juga orang Malang yang tidak mempunyai pendapat tentang olah raga di Malang dan biasanya kalau mereka menonton, mereka hanya menonton satu tim yang paling disukai secara langsung atau menonton olah raga dari luar negeri di televisi. Waktu ditanya, mereka tidak mempunyai pendapat tentang olah raga di Malang, dan juga tidak tahu tentang keberhasilan tim Jawa Timur di PON XVI atau Indonesia di Olimpiade.

Mahasiswa yang mengikuti jurusan olah raga di universitas mempunyai banyak pikiran tentang olah raga di Malang dan pemainnya. Ada yang percaya bahwa olah raga di Malang sudah bagus dan cukup maju karena ada tim seperti Arema dan Persema. Akan tetapi, mereka berpendapat bahwa perkembangan olah raga di tingkat sekolah masih kurang. Selain itu, ada mahisiswa lain yang berpendapat bahwa olah raga di Malang kurang maju karena kurang mendapat dukungan dan fasilitas yang baik. Diantaranya ada yang berkata bahwa alasan kenapa Indonesia tidak mempunyai atlet elit adalah karena orang pada tingkat lokal, termasuk Malang, tidak memfokuskan pada satu olah raga saja. Mereka ikut olah raga yang populer pada waktu itu. Misalnya, kalau ada bulu tangkis di televisi, mereka akan bermain bulu tangkis di jalan. Itu sama untuk olah raga lain seperti sepak bola dan bola voli.

C. Wawancara dengan Guru Tenaga Pengajar
Waktu saya di kantor KONI Malang, ada seorang guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kantor itu. Sebagai guru tenaga pengajar, dia terlibat dalam olah raga tetapi tidak secara langsung. Pikirannya mirip jawaban orang Malang yang percaya bahwa olah raga di Malang harus ada perhatian yang serious dari semua unsur baik masyarakat maupun pemerintah, jadi pikiran dia dapat mewakili bagian masyarakat tersebut. Dia mempunyai beberapa pendapat bahwa status olah raga baik, tetapi masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki atau diperhatian oleh pemerintah daerah untuk memajukan olah raga.

Guru tersebut mempunyai pendapat bahwa tidak cukup perhatian dalam olah raga dari pemerintah dan khususnya pemerintah daerah. Dia berkata kalau anak mempunyai prestasi di bidang olah raga, masih kurang perhatian pada masa depannya. Walaupun mereka pemain olah raga yang baik, menurut kebanyakan orang, masa depannya untuk bekerja, studi dan macam-macam karena mereka hidup tidak untuk bermain olah raga saja. Walaupun semua daerah mempunyai klub sepak bola, kebanyakan anak tidak mempunyai kesempatan untuk maju karena orang tuanya tidak mempunyai kemampuan untuk membawa anaknya ke tempat lain seperti klub yang lebih besar. Misalnya, kalau anak ingin berangkat ke stadion Gajayana, tergantung dengan orang tuanya. Anak-anak sendiri tidak bisa. Atau kalau orang sudah maju atau sudah profesional, masih tidak ada jaminan untuk masa depannya. Menurut guru itu, ada juga faktor ekonomi daerah. Dia berpikir bahwa sudah saatnya untuk lebih banyak perhatian walaupun masih ada banyak rintangan. Dia berpendapat bahwa publikasi juga masih kurang sekali. Kecuali mereka yang tinggal di kota sudah dapat fasilitas padahal mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di desa. Menurut dia, orangnya banyak yang terbatas. Walaupun guru tersebut sangat suka olah raga dan ingin berolah raga di Indonesia menjadi lebih bersaing, dia juga tahu tentang negara lain dan berpendapat bahwa Indonesia masih jauh sebelum mempunyai fasilitas dan perhatian yang cukup, terutama dari pemerintah.

D. Analisa
Ketika saya melakukan penelitian untuk bagian ini, peneliti dapat menjelaskan jawaban responden sangat tergantung pada responden sendiri. Responden yang mempunyai perhatian luar biasa tentang olah raga seperti guru tersebut di atas atau anak jurusan olah raga mempunyai beberapa pendapat tentang olah raga di Malang dan dapat menjelaskan untuk lama sekali tentang hal itu. Pada sisi lain ada sebagian masyarakat Malang yang tidak mempunyai pendapat tentang olah raga, dan biasanya mereka tidak ikut berolah raga. Mereka biasanya hanya tahu tentang kedua tim sepak bola Malang, Arema dan Persema. Tim bola basket juga populer tetapi penelitian tidak termasuk mengamati bola baket. Biasanya, kalau orang yang ditanya ikut bermain olah raga, maka mereka akan tahu cukup banyak tentang olah raga yang diikutinya, tetapi tidak terlalu banyak tahu tentang olah raga lain. Peneliti menemukan bahwa Arema adalah tim yang paling disukai dan terkenal di Malang, dan Persema nomor kedua. Masyarakat di Malang, khususnya orang yang bermain suka olah raga, tetapi kesukaan ini tidak dilanjutkan untuk menjadi seperti kebudayaan masyarakat. Tidak seperti negara lain, kalau orang Malang tidak terlibat dalam olah raga tertentu, mereka tidak tahu, kecuali tim Arema. Dalam semua penelitian saya, saya tidak bertemu orang yang belum tahu tentang Arema dan Aremania. Arema dapat dikatakan mempunyai kebudayaan sendiri namun tidak bisa disamakan dengan olah raga lain.

E. Faktor Penyebab Arema lebih terkenal dari Olah Raga Lain di Malang
Faktor penyebab Arema lebih dikenal oleh masyarakat Malang adalah karena Arema sudah ada sejak dulu dan termasuk kebanggaan masyarakat Malang. Sebelum tim sepak bola Arema didirikan, sudah ada Arema yang mempengaruhi perasaan dan menjadi kebanggaan masyarakat Malang. Arema sebagai tim sepak bola menjadi simbol Arema yang sudah ada sehingga menjadi populer dan mendapat dukungan seperti Aremania. Pemain dan tim olah raga lain tidak mempunyai kebanggaan Arema seperti tim Arema dan Aremania. Oleh karena itu, pemain atau tim di Malang harus mempunyai perasaan bangga terhadap bangsa sebelum mereka melakukan kegiatan olah raga di lapangan. Tanpa kebanggaan atau nasionalisme pada tingkat lokal, kelihatan orang Malang tidak akan mendukung tim olah raga. Jika hal ini terjadi maka tentu Indonesia tidak mendapatkan banyak dukungan di Olimpiade Athena.

F. Pendapat orang Malang tentang Indonesia di Olimpiade Athena
Sebagai pihak lain dalam penelitian ini, peneliti ingin bertanya tentang pendapat orang Malang berkait dengan keikutsertaan Indonesia dalam Olimpiade Athena pada Augustus 2004. Walaupun ini tidak berhubungan langsung dengan topik, ini masih relevan karena kalau olah raga di Indonesia maju pada tingkat lokal, biasanya bisa meningkat pada tingkat nasional. Topik ini termasuk pikiran orang yang suka olah raga dan tahu tentang keberhasilan Indonesia di Olimpiade Athena. 

Di Malang, pendapat masyarakat kenapa keberhasilan tim nasional Indonesia agak buruk di Olimpiade Athena bermacam-macam. Ada yang percaya bahwa tidak ada cukup fasilitas di Indonesia, atau fasilitasnya tidak terlalu bagus dan pemerintah tidak memberi cukup uang untuk mendapatkan fasilitas yang bagus. Lebih lanjut dari itu, ada yang berpendapat bahwa pemerintah, baik pemerintah lokal maupun pemerintah nasional tidak membangunkan cukup program pengembangan pemain mudah dan tidak ada cukup perhatian untuk olah raga pada tingkat dasar. Ada yang juga mengkritik KONI Pusat yang kurang perhatiannya. Ada yang berkata bahwa kebanyakan tim nasional di Indonesia kurang disiplin dan motivasi. Mereka berpikir bahwa pemain nasional tidak berlatih secara serious, bahkan kalau ada kesempatan mereka pulang dan membolos latihan tanpa minta izin terlebih dahulu. Ada yang mengira bahwa orang Indonesia tidak memfokuskan pada satu olah raga saja, tetapi ganti olah raga dengan kegemaran terbaru. Satu lagi pendapat yang cukup populer dan juga cukup menarik adalah bahwa orang Indonesia terlalu kecil secara fisik. Ada bagian masyarakat Malang yang berkata bahwa atlet Indonesia tidak bisa berkompetisi pada tingkat internasional karena badan orang Indonesia terlalu kecil dan tidak sekuat badan atlet dari negara lain. Alasan apapun, kalau Indonesia ingin memperbaiki kesuksesan di Olimpiade yang akan datang, kebanyakan orang ditanya setuju bahwa pemerintah harus mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan olah raga pada tingkat lokal sampai internasional.

1 komentar:

  1. Roulette merupakan permainan casino yang cukup terkenal, hingga saat berkunjung ke casino-casino di luar negeri, tentunya Anda akan menemukan banyak para bettor yang bermain permainan ini.

    Tujuan dari permainan roulette adalah untuk memilih nomor pemenang yang akan muncul pada roulette. Anda juga dapat bertaruh dengan kombinasi angka atau memilih warna (merah atau hijau) atau bilangan (ganjil atau genap).

    Dapatkan BONUS ROLLINGAN untuk permainan CASINO, sebesar 0.5% , bonus rollingan tetap diberikan kepada pemain casino baik menang ataupun kalah

    Menerima deposit dari seluruh Bank Di Indonesia, Dan semua uang digital seperti OVO, GOPAY, LINK AJA, DANA, JENIUS DLL.

    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
    ✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623

    BalasHapus