Rabu, 27 November 2013

SILABUS MATA KULIAH

SILABUS MATA KULIAH 1. Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah : Sejarah & Filsafat Olahraga
No. Kode : OK 301
Jumlah SKS : 2 SKS
Semester : 1 (Satu)
Kelompok mata kuliah : MKK Fakultas
Program Studi/Program: Ilmu Keolahragaan / S-1
Status mata kuliah : -
Pra-Syarat : -
Nama Dosen/Asisten : 1. Drs. Sumardiyanto, M.Pd

2 Iman Imanudin, M.Pd.
2. Tujuan :
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, pemahaman dan Kemampuan (a). mengimplementasikan perkembangan & persoalan olahraga di Indonesia, (b). konsep tentang definisi olahraga dan pendidikan jasmani, (c). perbedaan prinsip pokok pandangan berbagai aliran filsafat terhadap olahraga.

3. Deskripsi Isi :
Mata kuliah ini mempelajari tentang pengetahuan sejarah perkembangan olahraga di Indonesia, perkembangan olahraga di sekolah dari masa ke masa, beberapa dimensi dalam perkembangan olahraga sepanjang masa, peranan olahraga dalam pembangunan bangsa, konsep dasar dalam olahraga, penalaran moral dalam olahraga, strategi penalaran untuk perilaku fair play, Perubahan Nilai dalam olahraga, dan perbedaan prinsip pokok pandangan berbagai aliran filsafat terhadap olahraga.

4. Pendekatan Pembelajaran :
Ekspositori dan Inkuiri
Metode : andragogi, serta berbasis experience learning dan learning by doing yang dikemas dalam bentuk aksi, diskusi, tanya jawab, tugas, praktek, pemecahan masalah, refleksi, perencanaan perbaikan (continuous imprivement), serta implementasi perbaikan. Ditunjang dengan materi kelas (in-class training) yang tetap mengacu kepada kegiatan sejarah dan filsafat olahraga yang telah dilaksanakan.

Tugas : Simulasi kelompok portofolio, laporan kliping, penguasaan penggunaan perlengkapan, makalah, dan artikel internet

Media : Overhead Projector (OHP), LCD/Power Point, Modul/makalah, bahan
ajar manual, hand out, papan tulis, dan alat tulis.

5. Evaluasi :
Kehadiran, Tes berkala, UTS, UAS, laporan makalah & artikel internet, laporan
kliping, penyajian dan diskusi.

6. Rincian materi perkuliahan tiap pertemuan :
Pertemuan 1 : Rencana perkuliahan, reviu konsep, silabus mata kuliah, dan tata tertib
Pertemuan 2 : Perkembangan Olahraga di Indonesia ; Jaman Penjajahan, Jaman
Kemerdekaan, dan Jaman Orde Baru
Pertemuan 3 : Perkembangan Olahraga di Sekolah dari Masa ke Masa ; Masa gerak
badan, Masa Penjas, Masa Olahraga, Masa Olahraga Pendidikan, Masa Pendor & Penjaskes
Pertemuan 4 : Beberapa Dimensi dalam Perkembangan Olahraga Nasional ; Olahraga
musim panas dan musim dingin, Olahraga amatir dan olahraga professional, Olahraga rekreatif
Pertemuan 5 : Peranan Olahraga dalam Pembangunan Bangsa ; Kebijakan nasional
dalam pengembangan penjas, Arah strategi pembangunan keolahragaan nasional
Pertemuan 6 : Peranan Olahraga dalam Pembangunan Bangsa ; Perubahan motif
pembinaan olahraga (politik ke ekonomi), Pengaruh Politik terhadap Olahraga
Pertemuan 7 : Konsep dasar dalam olahraga ; Bermain & Olahraga
Pertemuan 8 : Konsep Dasar dalam Olahraga ; Olahraga dan kesehatan,
Pendidikan jasmani
Pertemuan 9 : UTS sub-pokok bahasan 1 s/d. 8
Pertemuan 10 : Penalaran Moral Dalam Olahraga ; Kesadaran untuk bermain sportif
Mengetahui, berbuat dan implikasi dalam praktik
Pertemuan 11 : Penalaran Moral Dalam Olahraga ; Beberapa tuntutan dalam penalaran moral , Tidak memihak, konsistensi, dan refleksi
Pertemuan 12 : Strategi penalaran untuk perilaku fair play ; Aplikasi nilai moral, Nilai moral, Prinsip Memilih nilai moral
Pertemuan 13 : Perubahan Nilai Dalam Olahraga ; Globalisasi dan perubahan nilai, Definisi & teori : perubahan nilai Isu penipuan dalam olahraga
Pertemuan 14 : Perubahan Nilai Dalam Olahraga ; Isu penggunaan doping ditinjau dari aspek etik
Pertemuan 15 : Perbedaan Prinsip Pokok Berbagai Aliran ; Aliran pragmatisme,
Aliran fenomenologis, Aliran animisme, naturalisme, idealisme, pragmatisme, eksistensialisme dan pendekatan
Pertemuan 16 : UAS Pokok Bahsan 1 – 15

7. Daftar buku :
Buku Utama
Rusli Lutan, Sumardiyanto. 2000. Filsafat Olahraga. Depdiknas Dirjen DikdasMen.
Rusli Lutan, Siregar, Tahir Djide. 2004. Akar Sejarah dan Dimensi Keolahragaan Nasional. Dirjen Olahraga. Depdiknas
Sumardiyanto. 2000. Sejarah Olahraga. Depdiknas Dirjen DikdasMen.

Referensi
Lumpkin, Angela dkk. 1994. Sport Ethics : Application for Fair Play. St. Louis: Mosby.
Robert, Terence J. 1996. Cheating in Sport: Recent Considerations. In Sport Sience Review. Vol 5
Zeigler Earle F. 1988. History of Physical Education and Sport. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. USA

ANALISIS MEKANIKA OLAHRAGA

ANALISIS MEKANIKA OLAHRAGA Analisis Mekanika Olahraga adalah ilmu terapan dari matakuliah Biomekanika Olahraga yang mempelajari tentang bagaimana menganalisis suatu gerakan dalam olahraga yang dikaitkan dengan prinsip-prinsip biomekanika olahraga untuk menghasilkan gerakan yang efektif dan efisien.

Dalam upaya untuk membuka pengenalan dan pemahaman mahasiswa dalam bidang Analisis Mekanika Olahraga, maka fokus awal kajian diarahkan pada gambaran umum mengenai analisis Mekanika Olahraga. Dalam tataran awal materi ini diarahkan mengenai pengertian analisis Mekanika Olahraga, berbagai istilah yang berkaitan dengan analisis Mekanika Olahraga serta sejarah analisis Mekanika Olahraga. Pendahuluan analisis mekanika Olahraga dalam gerak membahas mengenai sejarah singkat, definisi dan metode dalam analisis Mekanika Olahraga. Metode analisis Mekanika Olahraga membahas mengenai metode qualitatif dan quantitatif dalam analisis Mekanika Olahraga. Analisis qualitatif dalam olahraga mempelajari tentang model-model dalam analisis qualitatif dalam gerak, Pengaturan dalam pancaindra dalam analisis qualitatif, pengaturan proses informasi dalam analisis qualitatif, Mekanisme analisis qualitatif dalam gerak, aplikasi praktis dalam analisis qualitatif (tutorial dalam Analisis qualitatif dalam olahraga, Teori-teori yang berhubungan dengan siatuasi praktis, alat bantu dalam analisis qualitatif). Analisis quantitatif dalam olahraga mempelajari tentang model-model dalam analisis quantitatif dalam gerak, Pengaturan dalam pancaindra dalam analisis quantitatif, pengaturan proses informasi dalam analisis quantitatif dalam gerak. Mekanisme analisis quantitatif dalam gerak, aplikasi praktis dalam analisis quantitatif (tutorial dalam Analisis quantitatif dalam olahraga, Teori-teori yang berhubungan dengan siatuasi praktis, alat bantu dalam analisis quantitatif) . Pelaksanaan perkuliahan menggunakan pendekatan ekspositori dan inkuiri dalam bentuk ceramah, tanyajawab dan demonstrasi yang dilengkapi dengan media LCD dan power point. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa beberapa aspek yaitu : kehadiran, tugas, UTS dan UAS. Sedangkan buku sumber yang digunakan adalah : Knudson, Duane V dan Marrison Craig S., Qualitative and Quantitative Analysisi of Human Movement, Human Kinetics, 1997, James Gay, Sport Biomechanics, Human Kinetics, 1994.

Latar belakang

Latar belakang
Masyarakat maju yang kaya dan makmur dengan kenyamanan yang di dukung dengan mesin atau alat-alat otomatis, telah mengalami derita yang diakibatkan dengan kemajuan tersebut. Banyak ancaman yang di hadapi mereka seperti penyakit yang di akibatkan kurang gerak, sebagian penyakitnya, timbul penyakit egeneratif, seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, dan lainnya.

Gejala kemerosotan kebugaran jasmani di kalanggan anak-anak dan remaja di seluruh dunia sudah merupakan gejala umum. Penyebab utamanya adalah mereka kurang aktif bergerak karena kurangnya waktu untuk melaksanakan latihan jasmani. Anak-anak begitu asik bermain permainan di komputer, disertai pola makan yang tidak sehat, seperti menyantap makanan yang siap hidang dimana susunan menunya tidak seimbang, keadaan ini sudah terjadi di Indonesia.

Pada jaman ini olahraga merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya mementingkan pekerjaan untuk keperluan sehari-hari. Namun jika kita hanya bekerja tanpa menjaga kesehatan, maka kita tidak akan bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Olahraga bisa dilakukan oleh siapa saja dari kalangan anak-anak, remaja maupun orang tua. Jika hal itu bisa dilakukan manfaatnya sangat baik, walaupun hanya sebentar tetapi manfaat olahraga sangatlah banyak misalnya jalan santai, itu sangat baik bagi tubuh kita. Namun selain penting bagi kesehatan olahraga juga bisa menghasilkan uang misalnya “Sepak Bola”. Olahraga ini sangat banyak digemari oleh para pemuda di dunia, karena uang yang dihasilkan dari pemain sepak bola yang sudah handal sangatlah banyak bisa mencapai milyaran rupiah. Sepak bola tidak hanya digemari oleh laki-laki saja, namun para perempuan pun suka dengan olah raga sepak bola ini.

Dengan demikian olahraga sepak bola sangat penting dan baik untuk dilakukan. Permainan tersebut bisa meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh jika dalam bermain kita bisa melakukannya dengan baik.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang dibahas dalam makalah ini sebagai berikut.
· Mengetahui apa pengertian permainan sepak bola.
· Mengetahui bagaimana sejarah dari permainan sepak bola.
· Bagaimana sebenarnya Teknis Permainan Sepak Bola.
· Bagaimana peraturan dalam bermain Sepak Bola.
· Apa saja yang diperlukan dalam permainan Sepak Bola.

C. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan :
• Dapat mengetahui tentang Olahraga Sepak Bola
• Dapat mengetahui cara bermain Olahraga Sepak Bola
• Dapat mengetahui sejarah Olahraga Sepak Bola

D. Manfaat Makalah
- Bagi siswa dan para remaja makalah ini dapat dijadikan sumber pengetahuan dalam permainan sepak bola.
- Bagi guru makalah ini dapat dijadikan strategi alternatife dalam memberikan materi kepada siswanya tentang permainan sepak bola.
- Bagi masyarakat makalah ini dapat dijadikan sebagai cerminan untuk mengetahui bagaimana pentingnya olahraga terutama pada olahraga permainan sepak bola.

Latar Belakang

Latar Belakang
Olah raga adalah sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang di dunia, tanpa memperhatikan stratifikasi atau yang berkait dengan tingkat kekayaan atau kemiskinan seseorang. Fungsi utama olah raga adalah untuk menyehatkan badan dan memastikan organ tubuh masih sehat. Akan tetapi, biasanya olah raga mempunyai arti yang sangat luas dan dalam. Olah raga mempunyai kemampuan untuk menciptakan perasaan bahwa orang termasuk dalam kelompok atau komunitas yang mencintai hidup sehat. Ketika bermain olah raga, semua pemain menjadi sama tanpa memperhatikan suku bangsa, kekayaan, warna kulit atau agama.[1] Dalam konteks ini, olah raga dapat disebut Bahasa Internasional karena semua orang bisa ikut dan bermain bersama tanpa mengerti bahasa orang lain secara verbal.

Olah raga bisa membuat teman menjadi musuh dan musuh menjadi teman. Untuk menonton atau ikut, olah raga dapat dinikmati oleh semua masyarakat, anak kecil sampai orang yang tua. Keterlibatan seseorang dapat dilakukan secara tidak langsung seperti menonton olah raga di televisi, mengantar anak untuk berolah raga setelah sekolah sudah selasi atau menonton pertandingan di lapangan. Selain itu, keterlibatan dapat juga secara langsung seperti bermain untuk klub, propinsi atau negara. Olah raga tidak tergantung pada kekayaan negara atau kekayaan orang yang bermain.

Olah raga dapat diciptakan atau dimodifikasikan untuk daerah atau situasi. Oleh karena itu, olah raga bisa menjadi gaya hidup untuk beberapa orang dan dapat berfungsi sebagai cara untuk menghabiskan waktu yang aman dan persahabatan. Olah raga mempunyai kemampuan untuk mengingkatkan rasa pada diri, daerah atau negara.[2]

Rumusan Masalah
Di Olimpiade Athena pada tanggal 13-29 Augustus 2004, Indonesia mendapat empat medali, satu emas, satu perak dan dua perunggu. Walaupun mendapat medali-medali di Olimpiade adalah prestasi yang baik, dibandingkan dengan negara lain, kesuksesan ini tidak terlalu bagus. Hal ini berarti, walaupun penduduk Indonesia jumlahnya banyak sekali, bahkan merupakan negara keempat di dunia yang penduduknya paling banyak namun Indonesia hanya mengirim 39 atlet dalam 14 jenis olah raga ke Olimpiade.[3] Hal tersebut bisa dibandingkan dengan negara seperti Australia yang mempunayi 20 juta penduduk tetapi mendapat 49 medalia, 17 emas, 16 perak dan 16 perunggu. Selain dengan itu, tidak ada stasion television yang menyiar Upacara Pembukaan Olimpiade atau olah raga secara langsung dan ada kurang perhatian dari masyarakat Indonesia tentang Olimpiade

Sebagai orang Australia, peneliti tahu bahwa kebanyakan alasan Austraila mendapatkan banyak medali di Olimpiade Athena adalah karena Australia mempunyai kebudayaan olah raga. Memang ada faktor lain, seperti fasilitas yang bagus, pemerintah yang membayar atlet atau klub olah raga uang yang cukup banyak, dan program-program pembinaan untuk anak-anak. Akan tetapi, semua faktor ini belem tentu akan membuat negara berprestasi dalam bidang olah raga. Sikapnya masyarakat dalam bidang olah raga, pemain dan usaha masyarakat untuk menjadi pemain dan negara olah raga yang terbagus di dunia menjadi satu hal yang penting. Bagi kebanyakan orang Australia, kebudayaan olah raga memberi arti bahwa banyak orang Australia mempunyai identitas yang termasuk kegiatan olah raganya. Kegiatan olah raga berfungsi sebagai sarang untuk mengidentifikasikan diri. Oleh karena itu, peneliti ingin menemukan kalau ada kebudayaan olah raga atau kalau masyarakat Malang menganggapi olah raga sebagai bagian dari hidupnya.

Tujuan dan Kegunaan Masalah Dari gambaran ini maka dapat dirumuskan masalahnya untuk penelitian ini adalah bagaimana fungsi olahraga dalam pembentukkan identitas bagi masyarakat di kota Malang.

[1] “Sydney 2000 and Sports Development,” Australia Lecture, Australia Indonesia Institute, Jakarta 2 Juli 1997, http://www.magna.com.au/~knight/jakarta.html

[2] Ibid.

[3] “TV Networks Deem Olympics Too Expensive,” Laksamana.Net, Augustus 2, 2004, http://www.laksamana.net/vnews.cfm?ncat=50&news_id=7341

Olah Raga Dan Identitas: Fungsi Olah Raga Dalam Pembentukkan Identitas Masyarakat Dan Bangsa Di Kota Malang

Olah Raga Dan Identitas: Fungsi Olah Raga Dalam Pembentukkan Identitas Masyarakat Dan Bangsa Di Kota Malang Olah raga adalah sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang di dunia, tanpa memperhatikan stratifikasi atau yang berkait dengan tingkat kekayaan atau kemiskinan seseorang. Pertunjukkan Indonesia di Olimpiade Athena 2004 dan kekurangan perhatian dari masyarakat menciptakan pertanyaan yaitu kalau olah raga penting untuk orang Indoneisa maka bagaimana olah raga seharusnya disikapi?. Studi lapangan ini memfokuskan pada perasaan terhadap olah raga di Kota Malang dan menunjukkan fungsi olah raga dalam pembentukkan identitas masyarakat dan bangsa. Studi lapangan dilakukan antara bulan September sampai Desember 2004 di Kota Malang. Untuk mengumpulkan data, beberapa tempat olah raga misalnya veledrome, stadion Gayajana dan Komite Olah Raga Nasional Indonesia di Malang dikunjungi oleh peneliti. Beberapa pertandingan atau permainan olah raga juga dihadiri. Data penelitian bersifat qualitatif dan termasuk data dari hasil observasi, beberapa angket, wawancara yang dilakukan secara formal dan informal dan informasi dari surat kabar termasuk Kompas, Jawa Pos dan Malang Pos. Hasil studi lapangan adalah bahwa ada dua fungsi olah raga dalam pembentukkan identitas masyarakat di Malang. Yang pertama, tim sepak bola Arema dan pendukungnya Aremania adalah cara mengidentifikasikan diri kalangan banyak masyarakat Malang. Arema termasuk prinsip dan kelakukan orang Malang sejak dulu dan kebanyakan masyarakat Malang ikut Aremania. Fungsi kedua termasuk cara olah raga memberi kesempatan untuk bertemu dengan teman, sosialiasi dan menghabiskan waktu untuk orang yang bermain secara profesional, untuk organisasi atau untuk hobi. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa untuk orang Malang yang suka bermain atau menonton olah raga, olah raga adalah bagian dari hidupnya dan mempunyai fungsi besar dalam pembentukkan identitas masyarakat dan bangsa di Kota Malang.


Minggu, 10 November 2013

Tugas dan Tanggung Jawab Juru Kamera

                                      Tugas dan Tanggung Jawab Juru Kamera Juru kamera (camera person) bertanggung jawab atas semua aspek teknis pengambilan dan perekaman gambar. Seorang juru kamera harus memastikan bahwa tidak ada kesalahan yang dilakukannya ketika ia mengambil gambar. Ia harus memastikan bahwa gambar yang diambilnya sudah tajam (fokus), komposisi gambar (framing) yang sudah tepat, pengaturan level atau tingkat suara sudah sesuai, warna gambar yang sesuai dengan warna aslinya (natural) dan ia telah mendapatkan gambar (shots) yang terbaik.

Seorang juru kamera tidak hanya dituntut untuk dapat mengambil gambar dengan baik, tetapi ia juga harus memahami gambar apa saja yang diperlukan bagi suatu berita televisi. Seorang juru kamera yang kemampuannya baru sebatas dapat mengoperasikan kamera saja belumlah dapat dikategorikan seorang juru kamera berita telebisi. Siapapun dapat menggunakan kamera, tetapi tidak semua orang dapat menjadi juru kamera yang baik tanpa terlebih dulu mempelajari landasan teorinya.

Lalu apa landasan teori yang perlu diketahui seseorang sebelum ia dinyatakan siap menjadi juru kamera?

Profesionalisme seorang juru kamera televisi dalam mengambil gambar dinilai ketika gambar hasil karyanya diperiksa sebelum diedit di ruang editing. Pengetahuan dasar mengenai teknik editing gambar mutlak harus diketaui oleh seorang juru kamera. Pemahaman teknik editing sangatlah penting bagi juru kamera sebagai dasar baginya untuk mengambil gambar. Banyak kalangan jurnalis berpendapat, seseorang harus belajar mengedit hambar terlebih dahulu sebelum ia terjun dan bekerja sebagai juru kamera. Jika editor banyak mengeluhkan gambar yang disediakan juru kamera maka besar kemungkinan juru kamera tersebut belum memiliki pengetahuan dasar mengenai prinsip-prinsip mengambil gambar yang baik dan benar.

Di ruang editing gambar-gambar yang diambil juru kamera harus dilihat kembali, dipilih dan kemudian digabungkan oleh penyunting gambar ke dalam suatu struktur yang saling bertautan, logis, dan masuk akal. Hasil editing harus dapat menjelaskan berita yang disampaikan secara visual sesuai dengan durasi waktu yang telah ditetapkan. Juru kamera harus menyediakan gambar-gambar yang dibutuhkan oleh editor gambar. Apa yang dibutuhkan editor gambar tidak sekedar gambar utama tetapi juga gambar penunjang, juru kamera yang mengambil begitu banyak shot tanpa menunjukkan hubungan yang jelas antara berbagai shot itu, maka sebenarnya ia hanya akan memberikan persoalan kepada editor gambar.

Pada dasarnya teknik pengambilan gambar untuk setiap jenis liputan adalah sama saja, apakah dalam pengambilan gambar untuk berita singkat, liputan khusus, atau membuat film dokumenter. Dalam liputan olah raga, misalnya pada suatu pertandingan sepak bola, maka juru kamera akan lebih banyak menggunakan teknik pengambilan gambar yang merupakan gabungan antara wide shot, yaitu sudut pengambilan gambar yang melebar, dan pengambilan gambar close up.

Dalam pertandingan sepak bola kamera akan banyak mengambil gambar-gambar selingan (cutaway) ke arah pelatih atau manajer sepak bola yang bertanding, shot ke penonton, dan gambar-gambar slow motion untuk replay gambar. Liputan langsung pertandingan sepakbola membutuhkan lebih banyak kamera yang diletakkan di berbagai posisi strategis di stadion. Selain itu beberapa kamera perlu diletakkan pada posisi yang lebih tinggi agar diperoleh gambar yang lebih baik.

Teknik yang sama dibutuhkan pula dalam liputan konser musik namun dengan tingkat pergerakan kamera, --seperti pan dan zoom-- yang berbeda, tergantung dari alunan musik yang dimainkan saat itu. Juru kamera akan lebih bebas lagi ketika mengambil gambar untuk membuat video musik. Bisa dikatakan tidak ada peraturan yang membatasi kreativitas juru kamera dalam mengambil gambar untuk pembuatan video musik. Pada dasarnya teknik pengambilan gambar merupakan upaya juru kamera untuk menerjemahkan suatu peristiwa yang dilihatnya yang mungkin saja cenderung subjektif. Namun tingkat subjektifitas ini tergantung pada program macam apa yang tengah dikerjakan. Misalnya apakah liputan itu lebih menekankan pada fakta, misalnya kecelakaan atau bencana alam, atau lebih menekankan pada nilai artistik, misalnya dalam liputan konser musik atau hiburan.

Terkadang posisi pengambilan gambar yang baik sangat bergantung pada kecepatan juru kamera tiba di lokasi peristiwa. Kemampuan tim untuk segera tiba di lokasi peristiwa adalah faktor penting dalam kesuksesan suatu liputan. Peristiwa yang berifat darurat (civil emergencies) seperti banjir, kecelakaan transportasi, kebakaran, atau peristiwa kriminalitas adalah peristiwa yang dapat muncul setiap saat, namun biasanya akan cepat pula menghialng dari pemberitaan. Liputan seperti ini tidak berumur panjang karena cepat dilupakan orang. Namun demikian dibutuhkan tim liputan yang dapat bergerak cepat ke lokasi agar diperoleh gambar terbaik dari peristiwa itu. Peralatan kamera harus segera dapat digunakan dan juru kamera harus bergerak cepat dalam mengambil gambar.

Salah satu prinsip dalam pengambilan gambar yang benar adalah tidak boleh terlalu banyak meninggalkan ruangan kosong pada layar. Teknik yang perlu diterapkan saat mengambil gambar adalah tidak banyak membuat ruang kosong pada layar dengan menggunakan metode komposisi. Satu dari metode komposisi yang paling sederhana disebut Trianggulasi, dimana pusat perhatian ditempatkan pada puncak suatu segitiga dengan bagian-bagian penting lainnya berada pada dasar segitiga itu.

Metode komposisi lainnya disebut Golden Mean. Metode ini menyatakan apabila layar telebisi dibagi menjadi tiga bagian, baik secara horisontal dan vertikal, maka empat titik pertemuan dari garis horizontal dan vertikal itu merupakan empat titik yang akan menjadi pusat perhatian penintit paling kuat. Sebagai peraturan umum, komposisi gambar harus berada dalam posisi mantap ketika rekaman gambar berlangsung.

Reporter dan juru kamera harus memiliki pengetahuan tentang teknik pengambilan gambar agar gambar tampak bagus. Setiap ghambar harus memberikan pesan yang jelas dan tidak membiarkan pemirsa bertanya-tanya apa yang menjadi topik perhatian dari suatu gambar yang ditampilkan.

Tugas dan Tanggung Jawab Reporter

                                          Tugas dan Tanggung Jawab Reporter Redaksi pemberitaan stasiun televisi membutuhkan wartawan atau reporter televisi untuk program beritanya. Profesi sebagai reporter atau wartawan televisi tidak diperuntukkan bagi orang-orang yang berjiwa lemah. Sebab profesi ini membutuhkan stamina yang baik dan motivasi kerja yang tinggi. Seorang reporter televisi harus memiliki kegigihan dalam mengejar berita, cepat dan sigap dalam bekerja, mau bekerja keras, bersedia tetap bekerja dan masuk kantor pada hari libur, dan siap berangkat setiap saat dan kapanpun dibutuhkan ke lokasi liputan. Jadi profesi ini tidak cocok bagi orang-orang yang bermental pegawai kantoran dengan jadwal kerja teratur; masuk kantor pukul 8 pagi dan pulang pukul 5 sore.

Seorang wartawan/reporter televisibekerja secara cepat dalamhal mengumpulkan informasi, menentukan lead sekaligus angle berita, kemudian menulis berita dan melaporkannya baik secara langsung (live) ataupun direkam dalam bentuk paket berita yang akan disiarkan kemudian. Perkembangan teknologi yang cepat dalam pengiriman gambar dan suara (electronic news-gathering techniques) mengharuskan wartawan televisi untuk bekerja lebih cepat pula. Ia harus segera berangkat ke lokasi liputan, mengumpulkan informasi di lapangan, menentukan angle dan lead berita, kemudian melaporkannya baik secara langsung di depan kamera, maupun kepada redaksi pemberitaan untuk kemudian bisa dibuat menjadi sebuah paket berita televisi. Dalam hal ini seorang reporter yang memiliki ingatan yang kuat dan bisa langsung tampil secara live dengan berbicara secara lancar dan teratur di depan kamera meski tanpa persiapan yang cukup, mendapat kredit poin tersendiri.

Seorang reporter (selanjutnya kita sebut wartawan) televisi terkadang harus meliput berita-berita kriminal atau bencana dan harus mengunjungi lokasi musibah atau tempat terjadinya tindak kejahatan. Lokasi berita kriminal seperti ini terkadang dipenuhi mayat yang hancur atau berserakan dengan ceceran darah ada di mana-mana. Dalam hal ini reporter televisi harus memiliki emosi dan kondisi psikis yang stabil agar ia bisa menghadapi kondisi lapangan yang seperti itu untuk kemudianmelaporkannya. Seorang reporter televisi tidak boleh bersikap emosional dan mudah terbawa perasaan karena menyaksikan situasi di mana ia berada saat itu. Seorang reporter televisi dituntut untuk tetap objektif dan berpikir jernih apapun situasi yang tengah dihadapinya.

Wartawan televisi terkadang ditempatkan di suatu pos tertentu untuk liputannya. Misalnya di kantor polisi, pemda setempat, pengadilan, dll. Wartawan ada pula yang ditugaskan untuk khusu meliput berita-berita yang terkait dengan bidang kesehatan, ekonomi, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, dll. Semuanya merupakan liputan dari peristiwa yang langsung jadi (on-the-spot news coverage). Namun beberapa wartawan ada yang ditugaskan melakukan investigative reporting yang biasanya membutuhkan waktu beberapa hari atau minggu untuk mengumpulkan indormasi tergantung dari topik yang dibahas. Tugas penyelidikan semacam ini terkadang dapat menimbulkan bahaya.

Stasiun televisi juga terkadang mengirimkan wartawannya untuk meliput kawasan yang bergolak, misalnya perang atau kerusuhan sosial. Wartawan terkadang harus menghadapi bahaya ketika melakukan laporan langsung di wilayah yang tidak aman. Dalam hal ini wartawan harus belajar bagaimana untuk bermanuver melewati berbagai situasi yang sulit untuk menemukan informasi yang berharga.

Wartawan televisi seperti juga wartawan radio adalah wartawan penyiaran (broadcast reporter). Mark W. Hall dalam bukunya Broadcast Journalism menyebutkan bahwa wartawan penyiaran adalah: “... a newsperson who works for a radio or television”. Jadi wartawan penyiaran adalah seseorang yang bekerja untuk stasiun radio atau televisi, termasuk para reporter televisi, yang membuat suatu karya jurnalistik yang akan disiarkan melalui media radio atau televisi. Sebagai wartawan penyiaran khususnya televisi, ia harus membekali dirinya dengan pengalaman dan pengetahuan yang luas melalui latihan-latihan peliputan yang intensif (mendalam) dan juga mengetahui benar (paham) mengenai sifat- sifat media penyiaran dalam hal ini televisi.

Selain harus kreatif, dalam arti mengetahui benar peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai jurnalistik, seorang reporter televisi harus memahami ilmu jurnalistik. Wartawan televisi yang baik adalah seseorang yang juga mampu menjadi penyaji berita yang baik. Dalam hal ini ia tidak saja dituntut untuk dapat menulis berita dengan baik dan benar, tapi ia juga dapat menyampaikan berita dengan ucapan kata-kata yang baik di depan kamera, lengkap dengan mimik dan ekspresi yang menunjang (memiliki body languange). Dalam hal ini seorang reporter televisi dituntut juga untuk dapat menjadi seorang penyiar (news caster).

Meski seorang reporter dan juru kamera harus bisa bekerja sama sebagai satu tim kerja, namun pada akhirnya reporterlah yang bertanggung jawab atas hasil liputan yang dilakukan; sebauh paket berita akhir. Oleh karena itu reporter harus mengarahkan juru kamera agar mendapatkan semua gambar (shots dan sequences) yang dibutuhkan untuk mengilustrasikan berita yang akan disajikan. Pada sebagian besar peliputan berita, reporter adalah juga seorang produser dan sutradara yang memiliki tugas ganda, yaitu :
Memastikan bahwa juru kamera mendapatkan semua news shot (gambar berita) yang ia butuhkan untuk penyampaian laporan berita.
Mengumpulkan informasi faktual selengkap-lengkapnya sebagai bahan untuk menulis berita (voice over).

Seiring dengan kemajuan teknologi belakangan ini, beberapa stasiun televisi telah menjajaki jurnalisme foto –di mana reporter merekam gambarnya sendiri—artinya seorang reporter juga mampu mengoperasikan kamera dan melakukan pengambilan gambar secara baik dan benar. Stasiun televisi di negara maju bahkan telah menerapkan konsep “video journalist” (VJ), dimana reporter juga bertindak sebagai juru kamera yang mampu merekam gambarnya sendiri, bahkan mengedit sendiri materi beritanya hingga siap tayang. Dengan demikian reporter bertindak sebagai juru kamera dan editor.

Terlepas dari apakah stasiun televisi tempat anda bekerja nantinya telah menerapkan pendekatan itu atau belum, seorang reporter harus tetap bisa memahami tugas juru kamera, demikian pula sebaliknya. Keduanya harus saling memahami tugas dan tanggungjawab masing-masing saat bekerja. Seorang reporter harus memahami kemampuan dan keterbatasan kamera agar ia bisa bekerja secara efektif. Komunikasi adalah kunci efektivitas ketika melakukan shooting di lokasi.

BERITA TERBARU OLAH RAGA

                                       BERITA TERBARU OLAH RAGA
Keberhasilan redaksi pemberitaan berita sebuah stasiun televisi banyak bergantung kepada tim liputan beritanya. Sebab stasiun televisi tidak hanya menunggu berita yang datang tetapi harus mengejar berita, dan karenanya dibutuhkan seorang reporter. Tetapi selain berita stasiun televisi membutuhkan gambar, dan untuk itu diperlukan seorang juru kamera (camera person). Sebab keunggulan televisi dibandingkan media massa lainnya adalah bahwa khalayak bisa melihat peristiwa yang terjadi, karena berita yang dibacakan didampingi adanya gambar. Bagi televisi gambar adalah segalanya, dan tidak ada yang lebih buruk bagi seorang reporter televisi jika ia datang ke kantor tanpa membawa gambar yang bisa menunjang berita yang akan ditulisnya. Terlebih bila stasiun televisi lain justru memiliki gambar tersebut.

Kredibilitas stasiun televisi akan turun drastis bahkan hanya dalam satu malam, bila tim liputannya gagal mendapatkan gambar dari suatu peristiwa penting. Terlebih bila kegagalan itu terjadi karena pada saat itu tidak ada juru kamera yang siap. Koordinasi antara reporter dan juru kamera terkadang menjadi masalah dalam suatu liputan. Misalnya si reporter sudah siap berangkat namun juru kamera belum ada, atau sebaliknya.

Keberhasilan bagian pemberitaan stasiun televisi banyak bergantung kepada reporter dan juru kamera yang ada di lapangan serta korlip di ruang redaksi yang mengarahkan mereka. Namun kemampuan produser dan eksekutif produser dalam menyusun acara juga tak kalah penting. Struktur organisasi bagian pemberitaan televisi biasanya terdiri dari sejumlash jabatan, seperti direktur pemberitaan (news director), eksekutif produser, produser, koordinator liputan (korlip), reporter, juru kamera, driver, dan lain lain.

Namun efektifitas peliputan berita redaksi pemberitaan sebuah stasiun televisi sebagian besar bergantung kepada mereka yang bekerja di lapangan –tim liputan—yang terdiri dari para reporter dan juru kamera. Ujung tombak dari suatu program berita stasiun televisi adalah tim liputan berita. Kerjasama yang baik antara reporter dan juru kamera dalam sebuah tim liputan akan menentukan kualitas berita yang dihasilkan atau disampaikan kepada khalayak. Reporter dan juru kamera harus bekerja sama sebagai satu tim kerja.