ATRAKSI PERTANDINGAN
AREMA
Pertandingan Arema selama Ligina VIII merupakan hasil proses
perubahan Arema yang mulai lebih dari 5 tahun yang lalu. Yaitu pertandingan di Malang telah dianggap aman dan pada umumnya
tidak ada masalah serius kalau Aremania ikut pertandingan Away Arema. Lagi pula Aremania menjadi atraksi sendiri
selain pertandingan sepak bola. Ini
benar jika Aremania di stadion Gajayana di Malang ataupun di mana-mana di pulau Jawa. Yang jelas adalah sportifitas dan kreatifitas
dipenting oleh Aremania. Suporter Arema
telah terkenal untuk sorak-sorai, lagu dan dansa dipimpin seorang dirigen. Pertandingan Arema itu menjadi bukti utama
bahwa para suporter Arema sudah maju dari hooliganisme.
Biasanya pertandingan Arema mulai pada jam 15.30 WIB. Namun sekitar jam 12.00 penonton mulai
mendekati stadion Gajayana. Jalan Semeru
dan Jalan Bromo pelan-pelan menjadi penuh dengan orang yang memakai kaus
biru. Angkot-angkot dan mobil mulai
mengantar suporter ke stadion.
Kadang-kadang ada kelompok yang main tembur dan menyanyi lagu Aremania
di jalan untuk menghabiskan waktu sebelum masuk stadion. Sekitar stadion suporter menunggu dan tempatnya
sudah ramai dengan kaki lima. Setelah jam 12.00 stadion belum ditempati
suporter tetapi kaki lima
mulai memasukkan barang penjualannya supaya siap untuk penonton. Antara jam 13.00 dan 14.00 sektor ekonomi
mulai menjadi ramai. Biasanya sektor
ekonomi di belakang kedua gawang sudah ramai sekali sampai jam 14.30. Biasanya tribun VIP kurang ramai jadi sampai
jam 15.00 bisa dapat tempat bagus. Pada
umumnya ini benar untuk pertandingan di Malang
diikuti selama waktu penelitian. Namun
pertandingan terakhir melawan Persikota sudah ramai di ekonomi maupun VIP pada
jam 13.30. Penonton masuk tempat antara
sektor ekonomi dan pagar lapangan karena sektor ekonomi begitu penuh. Diceritakan bahwa sampai LiginaVIII setiap
pertandingan seperti itu dan baru saja jumlah penonton mulai turun.
Tanggal
|
Lawan
|
Cuaca
|
Jumlah Penonton
|
Minggu 3 Maret
|
PSPS
|
Cerah
|
15.000
|
Kamis 7 Maret
|
PSDS
|
Gerimis
|
12.000
|
Minggu 17 Maret
|
Persita
|
Hujan
|
13.000
|
Minggu 24 Maret
|
Semen Padang
|
Cerah
|
10.000
|
Kamis 28 Maret
|
PSMS
|
Mendung
|
10.000
|
Kamis 18 April
|
Persib
|
Mendung
|
10.000
|
Rabu 24 April
|
Persikab
|
Hujan
|
10.000
|
Minggu 28 April
|
Persikota
|
Cerah
|
18.000
|
Tabel 3. Jumlah Penonton di Stadion Gajayana: Bulan Maret dan April
Informasi dari tabel yang tersebut di atas menunjukkan bahwa
hanya pada pertandingan terakhir stadion terisi penuh menurut kapasitas. Banyak faktor mempengaruhi mengapa
pertandingan tanggal 24 dan 28 Maret begitu sepi. Pertama-tama suporter pada tanggal 2 April
berangkat ke Jakarta
untuk mendukung Arema. Dua pertandingan
sebelumnya suporter ingin menyimpan cukup uang untuk bisa ikut tur. Cuaca hampir tidak sama sekali menpengaruhi
kehadiran suporter Arema di stadion.
Pada waktu Arema melawan PSPS ada 15.000 penonton meskipun panas
sekali. Di pertandingan Arema vérsus
Persita ada 13.000 meskipun hujan tebal.
Lagipula tidak banyak suporter meninggalkan stadion pada waktu mulai
berhujan atau karena pertandingan ditunda sampai mulai jam 17.00. Hasil pertandingan juga mempengaruhi jumlah
penonton. Arema dan PSPS seri jadi
penonton pada waktu melawan PSDS jumlah penonton jumlah 12.000. Arema tertahan oleh Persita jadi pada waktu
menjamu Semen Padang jumlah 10.000. Di
samping itu kualitas permainan tim lawan juga mempengaruhi jumlahnya. Misalnya PSPS mempunyai pemain yang hadir di
TimNas Indonesia
walaupun PSDS tim agak lemah. Persikab
telah degradasi sementara Persikota pernah mangalahkan Arema di putaran 8 besar
Ligina VI. Yang terakhir mungkin hari
minggu lebih ramai daripada hari rabu atau kamis karena kebanyakan orang libur
hari minggu. Misalnya dari empat
pertandingan diadakan pada hari mingu ada tiga yang berjumlah lebih dari
10.000. Yaitu pertandingan tanggal 3 dan
17 Maret sama tanggal 28 April. Namun
tanggal 24 Maret barangkali sepi karena sebab persiapan tur dan imbang dengan
Persita. Keramaian stadion terus sampai
saat tokoh dirigen datang setengah jam sebelum permulaan pertandingan.
Dirigen sudah tiba
Menurut Mas Hilal Lahji dari pembinaan PS Arema ada kira-kira
3 jenis suporter Arema yang merupakan para suporter Arema. Pertama-tama, ada kelompok yang terutama
mementing Arema, yaitu yang setia pada klub.
Yang kedua, ada kelompok yang ikut pertandigan untuk menikmati sepak
bola, yaitu pencinta bola. Yang terakhir,
ada kelompok yang menyaksikan pertandingan karena mau menikmati semacam pesta
yang muncul antara suporter Arema.
Kelompok pertama dan kedua sudah ada sejak awal pendirian Arema. Soalnya kelompok kedua masih lemah selama
zaman geng-geng tetapi sekarang sekuat kelompok pertama. Yang agak baru ada kelompok yang terakhir
karena muncul dengan tokoh dirigen.
Kelompok yang suka pesta Aremania itu pasti menyaksikan pertandingan di
belakang gawang. Namun yang mementing
sepak bola menyaksikan pertandingan di tribun timur atau di tribun VIP. Sebenarnya kelompok yang mementing klub ada
di berbagai tempat di stadion. Memang
bisa mementing Arema sambil menikmati sepak bola dan juga bisa mementing Arema
sambil menikmati pesta Aremania. Yang
jelas tokoh dirigen menjadi penimpin pesta Aremania itu.
Di belakang gawang utara sekitar jam 15.00 ada semacam hening
dan dapat mendengar suara berbisik-bisik.
‘O Si Yuli datang’ katanya.
Sambil itu sebelahnya di gol selatan yang hampir sama kedengarannya pada
waktu Si Kapet datang. Sebelum pemain
Arema muncul dirigen memulaikan semacam latihan sorak-sorai. Penonton dipersiapkan untuk menyanyi, goyang
dan bersorak-sorai selama pertandingan.
Tokoh dirigen ini sangat bersemangat.
Misalnya Yuli dia sebetulnya sangat suka sepak bola. Namun selama hampir seluruh pertandingan
tidak bisa menonton pertandingan karena menimpin sorak-sorai Aremania. Diceritakan bahwa dulu dia duduk dan menonton
sepak bola saja. Inspirasi untuk menjadi
dirigen suporter dari adiknya. Sementara
itu katanya Kapet mulai karena dia mempunyai banyak teman di stadion.
Pada waktu pemain masuk lapangan untuk berlatih sebelum
pertandingan nama pemain dipanggil satu persatu oleh penyiar. Setiap pemain disambut dengan tepuk tangan
termasuk pemain tim lawan (kecauli kalau Persebaya yang
diperolok-olokkan).
Namun pemain Arema khsususnya bintang seperti Aji Santoso dan
Johan Prasetyo dapat tepuk tangan yang paling meriah. Setelah itu stadion jatuh diam. Telah waktu nyanyian lagu ‘Padamu
negeri’.
Padamu Negeri
Suporter Arema bersemangat kepada tim kesayangannya tetapi
juga kepada negara Republik Indonesia. Dengan kompak suporter Arema sebelum
permulaian pertandingan menyanyi lagu nasionalis ‘Padamu Negeri’. Lagu itu dinyanyi suporter dengan
bangga. Nasionalisme merupakan salah
satu aspek dasar suporter Arema. Aremania
mendukung Arema tetapi akhirnya semua maupun suporter tim lawan
bersaudara. Malang aman karena persaudaraan itu. Lagipula Malang lepas daripada masalah
pertentangan kesukuan atau konflik agama yang timbul di mana-mana di Indonesia. Aremania berpendapat bahwa kalau Malang bisa begitu rukun, mengapa negara Indonesia belum bisa seperti itu? Yang jelas persatuan Aremania muncul secara
alami dan karena itu ada sikap positif terhadap persatuan negara Indonesia.
Suporter Atraktif
Selama pertandingan Aremania menyanyi dan goyang dengan
meriah. Si Yuli adalah suporter sepak
bola dari mana-mana. Di suka menonton
liga Inggris, Spanyol dan Itali. Dan
juga tahu tentang perbedaan gaya
permainan antara negara Amerika Selatan atau permainan liga belum terkenal
seperti di Yunani. Soalnya Yuli juga
belajar suporter negara-negara ini. Yang
diamati olehnya disesuaikan dengan konteks Malang, Indonesia. Di Itali dan Spanyol lagu disukai oleh
suporter, yaitu semacam musik. Sekarang
suporter Arema terkenal atas berbagai lagunya.
Salah satu yang sering dinyanyi suporter begini:
Aremania…Singo
edan
Sore ini...kamu harus menang
Bantai lawanmu…di kandang Singa
Aremania mendukungmu
Juga Yuli pernah dapat kaset suporter Chile dari pemain asal Chile. Dengan musiknya sebagai contoh sebuah lagu
utama Aremania dibuat:
Ayo…Ayo
Arema...
Sore
ini…Kita Harus Menang
Heh…heh…heh!
Menarik bahwa ada semacam kerjasama antara juga suporter dan
klub Arema dengan pemain sepak bola berasal dari Chile. Sepak bola dan juga supoter Malang
agak dipengaruhi negara Chile. Juga dipengaruhi oleh gaya suporter Brasil. Di bawah tokoh dirigen ada pemain tambur
membuat sausana seperti sepak bola di Brasil.
Di Inggris suporter tidak menyanyi tetapi suka teriak kata-kata. Kalau lawan Arema mengambil ‘free-kick’
Aremania teriak:
Tid-ak Mungkin…Tid-ak Mungkin…Tid-ak Mungkin
Juga kalau Arema kalah dan perlu mencetak gol supaya tidak
dikalahkan suporter teriak:
Arema keras…keras…Arema pisau…pisau
Walaupun berdasarkan pada contoh dari luar kadang-kadang ada
lagu yang sangat dipengaruhi konteks suku Jawa.
Khususnya konteks ciri-ciri orang Jawa Timur dibandingakan dengan orang
Jawa Tengah:
Jangan loyo…jangan kendo
Kalau
Singo Edan loyo
Kalau
Singo Edan kendo
Bukan
Singo Edan
Tapi
putri Solo
Sambil menyanyi lagu-lagu itu dirigen memimpin para penonton
dalam dansa. Gerak-gerik tokoh dirigen
ditirukan suporter. Mereka melambaikan
tangan dari kiri ke kanan dan melambaikan syal dan bendera. Mereka goyang dan melompat-lompat. Kalau melihat ini dari tribun timur atau VIP
kelihatannya luar biasa, yaitu para suporter goyang bersama-sama dengan
rukun. Ikut dansa merupakan pengalaman
luar biasa, yaitu bisa menikmati suasana pesta
Aremania. Di samping itu ada
gelombang suporter atau ‘Mexican Wave’ yang bagus sekali kalau stadion penuh.
Pemain Arema sangat berterima kasih atas pendukung
Aremania. Mereka merasa wajib main
sebagus semungkin karena suporternya.
Kalau main di Malang pasti ada ribuan suporter bersorak-sorai. Pemain Indonesia biarpun yang dari luar
negeri senang main untuk Arema karena suporternya. Kalau gol dicetak ada pesta di belakang kedua
gawang dan kembang api dinyalakan seperti dilakukan suporter liga Serie A di
Itali. Penonton juga menanyi lagu untuk
mendorong pemain bintang Johan Prasetyo.
Prasetyo disorakkan dengan sayang dalam lagu:
Ayo, Ayo, Ayo…Mas Johan
Mas
Johan…Mas Johan
Keamanan di
pertandingan
Penampilan banyak aparat keamanan di stadion Gajayana
termasuk polisi, tentara angkatan darah maupun angkatan laut merupakan upaya
tindakan pencegah saja. Sekarang
pertandingan Arema di Malang memang aman.
Namun aparat keamanan ada sesuatu sebab di belakang keamanan di
stadion. Pertama-tama penampilan banyak
aparat mendorong penonton tenang dan mengecilkan hati oknum penonton yang ingin
membuat kericuhan. Pak Gerry Van Klinken
berpendapat bahwa aparat keamanan di Indonesia pada umumnya selama sepuluh
tahun yang lalu sudah menjadi jauh lebih profesional dalam bidang mengamankan
banyak orang atau ‘crowd control’ (istilahnya dalam bahasa Inggris). Dalam konteks itu pada waktu geng-geng masih
ada, aparat keamanan masih belum cukup siap untuk mencegah kericuhan di
stadion. Itu bukan soal profesionalisme
saja tetapi juga soal peralatan. Dulu
polisi dan aparat belum dilengkapkan dengan helm dan perisai atau ‘riot
shields’. Juga di Surabaya
aparat mempunyai meriam air tetapi belum pernah dibutuh di Malang.
Di Malang kerusuhan di stadion pada umumnya keakhiran pada pertengahan
1990-an. Namun bentrok dengan suporter Surabaya masih terjadi
sampai 1999.
Selama tahun 2002 tidak ada masalah lebih serius daripada lemparan
botol aqua. Bukti bahwa sudah aman
adalah penonton sendiri. Yaitu siapa
ikut pertandingan Arema sekarang dibandingkan dengan dulu. Sesuatu yang tidak bisa dibayangkan beberapa
tahun yang lalu adalah penampilan suporter perempuan di stadion. Sudah cukup aman bagi perempuan untuk hadir
di stadion, mendukung Arema dan menikmati sepak bola Malang.
Namun di banyak tempat lain belum begitu maju. Misalnya di Jogja dan Solo suporter masih
terlalu keras untuk kehadiran suporter perempuan. Suporter Persija adanya perempuan tetapi itu
karena suporter Persija pada umumnya dari kelas menengah ke atas. Dan di Surabaya masih terlalu berbahaya bagi
perempuan. Lagipula sesuatu hasil tugas
Aremania mengamankan stadion Gajayana ada perkumpulan suporter perempuan yang
memakai nama Aremanita. Biarpun
Aremanita belum sekompak Aremania luar biasa bahwa mereka muncul di bidang
didominasi lelaki dalam konteks masyarakat Muslim. Sebenarnya misi Aremanita sejajar dengan misi
Aremania. Yaitu Aremania mau
menghapuskan sejarah hitam dan citra negatif.
Aremanita bersusaha menolak persepsi masyarakant bahwa perempuan yang
ikut sepak bola itu nakal. Mereka
memprotes stereotip itu dan membela haknya mendukung Arema. Di pertandingan terakhir Arema Aremanita
mempunyai spanduk yang memprotes: ‘Aremanita:
Jangan Merendahkan Kami’.
Aremantia sesuatu positif yang tidak usah ditakuti dan benar-benar perkembangan
luar biasa.
Juga sekarang orang tua bisa membawa anak kecil ke
pertandingan. Orang bisa ikut
pertandingan sebagai keluarga. Tidak
takut lagi bahwa kalau ada kericuhan anak kecilnya sangat terancam. Keamanan di stadion juga disebab
Aremania. Misalnya setelah beberapa
insiden lemparan di pertandingan melawan PSPS, dan akhirnya melawan Persita
Aremania bertnindak dengan cepat untuk mencegah nama Aremania dihitamkan. Sebelum pertandingan Arema vérsus Semen Padang Aremania siap untuk
mencegah kerusuhan disebab aksi lemparan.
Diusulkan bahwa para penonton diperiksa pada waktu masuk stadion untuk
pasti tidak ada yang membawa batu atau botol gelas. Keamanan di pertandingan di Malang selama Ligina VIII juga dipengaruhi
kedudukan Arema di Ligina. Arema dan
Persebaya dibagi sistem Wilayah jadi Arema belum pernah melawan Persebaya
selama musim tersebut. Akibatnya tidak
ada kesempatan besar untuk tawuran antara Aremania dan Bonek. Selain itu pada akhir Ligina VIII aparat
keamanan siap untuk mencegah Bonek datang ke Malang
pada waktu Persema Malang
menjamu Persebaya. Di pertandingan
Delapan Besar di Gresik juga tidak ada kehadiran Bonek secara masal.
Aremania ikut tur
Di sini kita menang…Di sana kita menang
Di
Ibu kota kita
menang
Arema…Singo
Edan
Yang tersebut menjadi lagu utama tur Batavia 2002 yaang
merupakan salah satu contoh bagaimana Aremania bisa rukun kalau mengunjungi
kandang lawan. Salah satu lain adalah
Aremania ikut pertandingan Delapan Besar di Gresik pada 19 Mei 2002. Pada April ternyata Stadion Lebak Bulus jauh
dari cukup untuk menjamu Aremania. Di
terbitkan di Jawa pos pada tanggal 4 April bahwa ada 13.000 penonton. Karena kedatangan ribuan Aremania jumlah
Jakmania, suporter Jakarta Pusat harus dibatasi. Pertandingan Away itu semacam ujian Aremania
menjaga reputasi sebagai suporter sportif.
Soalnya suporter yang paling semangat dan fanatik ikut tur. Itu jelas pada waktu Aremania berusaha masuk
stadion. Aparat Jakarta kurang siap dan
juga terhadap masalah tiket palsu, akibatnya pada waktu Aremania masuk keadaan
agak kacau. Namun pada waktu dirigen
tiba dan memulaikan sorakan Aremania telah tenang dan tidak ada insiden yang
tidak diinginkan. Suporter Arema
walaupun dibagi tiga sektor di stadion dan tidak begitu kompak dengan semangat
mendukung Arema. Akibatnya Arema mencuri
poin dengan imbang 2-2. Pada akhir
pertandingan aparat keamanan siap mencegah tawuran. Namun tawuran tidak terjadi. Suporter Arema dan juga suporter Persija
membuktikan bahwa bisa sportif.
Pada putaran delapan besar Arema main pertama-tama melawan
Petrokimia Putra di Gresik. Perjalanan
rombongan Aremania diserang di Jalan tol di daerah Sidoarjo. Yang melempari Aremania betul-betul siap
untuk kedatangan Aremania. Ada sepeda motor untuk
melarikan diri. Ada seorang provokator yang agak terlambat
lari dari Jal tol dan dibanjiri Aremania yang penuh dengan marah atas serangan
itu. Soalnya Sidoarjo begitu dekat Surabaya bahwa musuh
Aremania Bonek bisa muncul dengan mudah.
Di samping itu Sidoarjo milik bonek sendiri juga. Yaitu bukan para suporter GPD Deltamania
tetapi oknum suporter yang iri pada Aremania jadi berkumpul sama Bonek Surabaya untuk mengahalangi
Aremania. Sayangnya meskipun upaya polisi,
ada korban Aremania tetapi setelah itu perjalanan rombongan ke Gresik
diteruskan. Di Gresik Aremania dapat
ucapan ‘Selamat datang’ dari Ultras para suporter Petrokimia Putra. Aremania masuk stadion dengan rukun dan mulai
sorak-sorai:
Aremania…Singo Edan
Sore
ini…kamu harus menang
Lebas
lawanmu…Korban semangatmu
Di
kandang Kebo…Aremania mendukungmu
Kebo Giras adalah simbol suporter Gresik. Atraksi suporter Arema dengan suporter Petro
luar biasa. Sebelum pertandingan
Aremania bernyanyi dengan semangat. Pada
saat sudah jelas bahwa Petro menang, semangat Aremania turun namun masih
sportif dan tidak membuat kericuhan.
Sayangnya pada waktu pulang ke kota Malang bahwa mereka
dilempari lagi okum provokator di Sidoarjo.
Mereka telah kecewa atas kekalah 3-0 apalagi karena serangan kedua itu.
0 komentar:
Posting Komentar