Jumat, 02 Agustus 2013

Memahami Ilmu Pengetahuan Melalui Sepak Bola

Memahami Ilmu Pengetahuan Melalui Sepak Bola 
Pagi ini, rekan saya yang telah memiliki satu putra, Aditya Nugroho, mengirim message singkat “coba baca tulisan Mahir Pradana yang ada di Bola Total”. Dia kemudian memberi link nya via twitter.

Tulisan yang berjudul “Mempelajari Lapangan Hijau dari Ruangan Kelas” itu secara bahasa disampaikan secara sederhana dan jujur. Substansi yang dia sampaikan yang menjadi senjata utama tulisan yang akhirnya mampu membuat saya berefleksi dan menuliskan kata demi kata ini di tengah kesibukan saya.

Sederhananya, tulisan itu hendak bilang kalau di Eropa, sepak bola tak hanya sekadar olahraga 11 melawan 11 yang merebutkan bola. Namun, bisa pula untuk menjelaskan fenomena ekonomi. Si penulis belajar di Master of Business Administration, Universitat Bern. Dan dia banyak belajar dari sepak bola untuk memahami teori dan konsep ekonomi.

Profesor nya pun sering menggunakan sepak bola untuk menjelaskan materinya. Bahkan ada profesor yang lebih memilih Guus Hidding daripada Steve Jobs untuk mempresentasikan tentang sosok yang memiliki leadership lintas cultural.

Di bagian akhir, tulisannya menyinggung tentang harkat dan martabat sepak bola di dalam negeri. Ya, seperti yang sudah kita tahu bersama, sepak bola di negeri ini belum dianggap sebagai potret serius dari berbagai sektor. Kalaupun, mau serius tentang sepak bola pasti itu hanyalah untuk kepentingan politik. Bagi ilmu pengetahuan ? Ah sepak bola kan hanya obrolan warung kopi yang tak layak masuk rak di perpustakaan perguruan tinggi.

Melalui tulisan ini saya hendak mengutarakan beberapa hal terkait dengan itu semua. Pertama, sepak bola sebenarnya tak buruk - buruk amat di ranah ilmu pengetahuan. Di kampus saya, Universitas Gadjah Mada, sudah ada beberapa skripsi yang menulis sepak bola sebagai objek bahasan. Anda bisa menemukannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Sejauh ini saya baru menemukan di Fisipol, belum sampai ke Fakultas Ekonomi. Mungkin sepak bola di Indonesia memang baru bisa menjelaskan mengenai fenomena sosial dan politik, terutama terkait politik lokal dan pemilihan umum.

Tapi, beberapa waktu lalu, ada teman dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang belajar mengenai seni dan desain berbincang dengan saya tentang sepak bola. Rupanya dia sedang menyusun tugas akhir tentang aspek desain untuk periklanan. Adapula mahasiswa di Jakarta yang mengerjakan TA nya tentang Jakmania. Pernah di share oleh akun @JakOnline. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Kedua, saya pribadi telah lama tertarik untuk mengaitkan ilmu pengetahuan dan sepak bola. Sayangnya, banyak sekali hambatan. Setahun yang lalu, bersama teman dari Forum Olahraga Fisipol kami ingin ada lembaga riset yang berkonsentrasi di bidang olahraga. Kebetulan saat itu akan dibentuk Pusat Studi Pemuda. Harapan kami bisa menjadi Pusat Studi Pemuda dan Olahraga. Kami sempat menggelar diskusi umum tentang sepak bola nasional. Sayang akhirnya keinginan kami tak terwujud.

Walaupun demikian, saya tetap ingin suatu saat bisa mewujudkan itu semua. Seperti halnya mas Mahir, saya juga membaca Soccernomics karya Simon Kuper dan sekarang sedang membaca tulisan Franklin Foer. Ada beberapa buku lain tentang sepak bola yang sudah saya lahap maupun yang belum sempat saya buka sampulnya.

Selain saya pribadi, ada beberapa kawan juga yang tertarik untuk mengembangkan ini. Mas Fajar Junaidi, rekan saya yang menjadi staf pengajar di perguruan tinggi swasta Yogyakarta pun tertarik. Dia juga sudah mengeluarkan karya, seperti film Arema Agama Kedua dan buku tentang Bonek: Komunitas Suporter Pertama di Indonesia. Faris Rusydi, seorang aremania, yang menulis skripsinya tentang Arema. Untuk kelas nasional mungkin kita tahu ada Andibachtiar Yusuf yang konsisten menghasilkan film bertemakan sepak bola.
Ketiga, sepak bola di masyarakat kita kebanyakan masih dianggap “hanya” olahraga biasa, bahkan punya stigma negatif yang dianggap sering bikin kerusuhan, dan lainnya. Oleh karenanya, pertama - tama kita perlu sama - sama mengedukasi masyarakat tentang hal ini. Sepak bola bisa menjadi sarana untuk belajar tentang ilmu pengetahuan.

Berangkat dari situlah, saya bersama teman - teman Football Fandom membahas hal lain selain sepak bola, tetapi masih berkaitan dengannya. Tak hanya online, kami juga melakukannya secara offline. Dengan bantuan Edward Samadio Kennedy, Lukman Hakim, Swadesta, dan lainnya kami kini punya forum diskusi bernama Hyperbola yang diselenggarakan tiap dua minggu di Yogyakarta. Yang hadir kebanyakan mahasiswa.
Topik yang kami angkat berbeda - beda. Namun, dalam koridor yang menarik, yaitu “Memahami Dunia Melalui Sepak Bola”, terdengar seperti tulisan Franklin Foer bukan ?

Demi kemajuan sepak bola Indonesia, cepat atau lambat kita memang perlu melakukan hal seperti ini. Kita perlu membuat diri kita cerdas. Tak hanya pandai mengumpat dan mengkritik elit sepak bola. Tapi, mulai pula melakukan pergerakan perubahan.

0 komentar:

Posting Komentar