PEMBAHASAN SRL
Secara umum temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa model pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak daripada model pendekatan pembelajaran konvensional baik pada siswa putera maupun siswa puteri. Temuan-temuan ini menguatkan bukti-bukti empirik sebelumnya, bahwa pendekatan SRL membelajarkan siswa secara integratif antara aspek metakognitif, motivasional, dan behavioral, sementara model pendekatan konvensional lebih menekankan pada pengembangan aspek behavioral atau psikomotorik.
Ditinjau dari aspek proses pembelajaran, ada dua perspektif yang dapat menjelaskan temuan penelitian ini, yaitu perspektif proses keaktifan dan proses konstruk-tif. Berdasarkan proses keaktifan, siswa yang diajar dengan model pendekatan pem-belajaran SRL secara aktif terlibat dalam penyusunan tujuan belajarnya, berusaha memonitor proses dan hasilnya, meregulasi dan mengendalikan aktivitas kognisi, motivasi, sikap, dan perilakunya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetap-kannya (Liukkonen, Auweele, Vereijken, Alferman, & Thedorajis, 2007). Aktivitas-aktivitas tersebut diasumsikan akan memediasi hubungan interaktif antara lingkungan belajar peserta didik, peserta didik sebagai pembelajar (seperti kognisi, afeksi, dan motivasinya), dan perilakunya. Pada akhirnya akan menentukan keseluruhan proses belajar dan hasil belajarnya (Pintrich, 2000; Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Sementara dari perspektif konstruktif, pendekatan pembelajaran SRL membelajarkan peserta didik untuk membuat perubahan dalam struktur pengetahuan melalui aktivitas-aktivitas merencanakan, memonitor, dan mengendalikan atau menyesuaikan proses kognitif ketika merespon terhadap perubahan-perubahan tuntutan dan kondisi yang ada (Wolter, 2003b). Dengan demikiam, peserta didik yang melakukan SRL, akan lebih berhasil dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan akademiknya (Pintrich, 2000a, 2000b), demikian juga dalam pengembangan penampilan dan belajar keterampilan geraknya, karena melibatkan penyesuaian secara kognitif maupun motivasional (Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Seperti diketahui, penampilan dan belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh aspek kognisi dan motivasi, dan kedua aspek ini (khususnya kemampuan analisis dan motivasi) terbukti dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan SRL. Pada akhirnya, penampilan gerak dan hasil belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh penggunaaan SRL, baik secara langsung maupun melalui aspek kognisi dan motivasi. Alasan lainnya dapat dilihat dari aspek pelibatkan komponen-komponen SRL ketika siswa sedang belajar keterampilan gerak. Seperti telah disebutkan, siswa yang menggunakan SRL akan melibatkan tiga aspek pokok ketika sedang belajar keteram-pilan gerak, yaitu aspek metagoknisi, motivasi, dan perilaku secara simultan. Ketiga aspek ini sangat menentukan keberhasilan belajar keterampilan garak.
Aspek metakognisi dalam SRL mencerminkan sebuah dinamika kesadaran, pertimbangan, pemonitoran terhadap sejumlah aspek kognisi ketika siswa sedang terlibat proses belajar keterampilan gerak (Liukkonen, et al., 2007), seperti menetapkan tujuan, mendengarkan instruksi, berfikir dan menemukan pemahaman, melihat dan meniru, memvisualisasikan atau membayangkan, dan memfokuskan perhatian (Kermirrec, et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan keterlibatan aspek-aspek di atas dalam proses belajar, keterlibatan aspek metakognisi dalam SRL terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Jadi dalam proses pembelajaran dengan pendekkatan SRL, peserta didik dilibatkan untuk menetapkan tujuan pembelajaran, berkesempatan untuk memikirkan materi dan menemukan pemahaman, melihat gerakan yang benar dan menirunya dengan tepat, dengan terlebih dahulu membayangkannya dalam pikiran, dan memiliki kesempatan lebih untuk memfokuskan perhatian (Kitsantas, Zimmerman, & Clearly, 2000). Dengan kata lain, peserta didik lebih banyak melibatkan aspek kognitif atau melakukan proses mental untuk mengelola informasi yang diterimanya, dan inilah salah satu kelebihan pendekatan SRL dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada pengembangan aspek psikomotorik dan lebih berpusat pada pengajar. Lebih lanjut ditegaskan oleh Pintrich (2000b) bahwa aktivitas metakognisi siswa dalam SRL mencakup aktivitas merencanakan (planning), memonitor (monitoring), dan meregulasi (regulating). Aktivitas merencanakan berkenaan dengan proses menetapkan tujuan belajar dan menganalisis tugas gerak yang dapat membantu mengaktifkan aspek-aspek pengetahuan sebelumnya yang relevan dan membuat organisasi materi dengan tugas gerak sehingga lebih mudah dipahami dan dilakukan. Aktivitas memonitor meli-batkan perhatian peserta didik ketika peserta didik tersebut menampilkan suatu keterampilan gerak. Siswa harus melakukan evaluasi diri (self testing atau self evaluation) sejauhmana keberhasilan yang telah dicapainya. Aktivitas memonitor ini berguna untuk membantu peserta didik memahami dan mengintegrasikan tugas gerak yang sedang dipelajarinya dengan tugas gerak sebelumnya dan aktivitas-aktivitas belajar keterampilan gerak yang pernah dilakukannya. Adapun aktivitas meregulasi, Pintrich, Smith, Garcia, & Mckeachie (1993) mengungkapkan berkenaan dengan penyetelaan (finetuning) dan penyesuaian aktivitas kognisi peserta didik secara berkelanjutan ketika peserta didik melakukan aktivitas belajar. Aktivitas regulasi sangat berguna untuk membantu siswa mengecek dan mengoreksi perilakunya ketika mereka sedang melatih tugas-tugas gerak yang harus dilakukannya.
Keterlibatan aspek motivasi dalam SRL berkenaan dengan pengarahan perilaku untuk mencapai kegiatan belajar, sementara aspek perilaku berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Aktivitas belajar dalam aspek motivasi dan perilaku selama melakukan SRL dalam kelas pendidikan jasmani antara lain mengelola tugas, mengelola perhatian, mengelola waktu, menge-lola motivasi, mencari bantuan, menguragi interaksi teman sebaya, menyesuaikan tingkat kesulitan, mengulang dan melatih (Kermirrec, et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Liukkonen, et al., (2007) menyebutkan dua aspek yang paling sering dilaku-kan siswa dalam SRL adalah meregulasi usaha dan mencari bantuan. Meregulasi usaha berkenaan dengan upaya peserta didik untuk mengendalikan usaha belajarnya. Meregulasi usaha dikenal juga dengan istilah pengeloaan sumber atau resource management (Wolter, 2003b). Meregulasi atau mengelola usaha merupakan aspek motivasi yang sangat penting dalam SRL yang mencerminkan komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan belajar, termasuk ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran. Dalam penampilan dan aktivitas belajar keterampilan gerak, pengelolaan atau regulasi usaha memainkan peranan penting sebab tidak hanya berguna untuk meningkatkan motivasi dan membangun komitmen, tetapi juga untuk menghubungkannya dengan penggunaan strategi-strategi belajar yang lain. Adapun aspek meminta bantuan (helf seeking), merupakan aspek SRL yang dibutuhkan siswa terkait dengan komponen perilaku dalam SRL. Aspek meminta bantuan dibutuhkan terutama ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak yang tidak dapat mereka lakukan, untuk itu bantuan guru dan teman-teman kelasnya akan sangat membantu. Aspek meminta bantuan merupakan strategi regulasi diri terkait dengan aspek motivasi dan perilaku yang memainkan peranan penting untuk meningkatkan penampilan dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak, baik secara bersama-sama terhadap ketiga variabel dependen maupun secara sendiri-sendiri, kecuali pengaruh terhadap variabel motivasi olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan besaran nilai FoB (1,116) = 2,082 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,152 > 0.05. Pada peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL, kemampuan analisis, motivasi olahraga dan keterampilan gerak peserta didik putera terbukti lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik puteri. Adapun untuk yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional, hanya kemampuan analisis peserta didik putera yang lebih tinggi dan signifikan dari peserta didik puteri, sementara untuk variabel motivasi olahraga dan keteampilan gerak tidak menun-jukkan perbedaan yang signifikan. Semua peserta didik baik putera maupun puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan signifikan daripada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional.
Hasil lain ditemukan juga bahwa tidak ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, kecuali pengaruh interaksi terhadap motivasi olahraga menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan besaran nilai FoAB (1,116) = 6,549 dan signifikan pada nilai p = 0,012 < 0.05, hal ini berarti interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi olahraga. Dengan kata lain ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi olahraga, meskipun dengan besaran partial eta squared yang relative kecil, yaitu hanya sebesar 5,3 %.
Secara umum, hasil-hasil penelitian di atas dalam kaitannya dengan perbedaan jenis kelamin dapat dinyatakan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak dan ada perbedaan yang signifikan antara siswa putera dengan siswa puteri yang diajar dengan model pendekatan SRL dalam hal kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak. Artinya bahwa jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang harus dipertimbangkan ketika akan mengajar pendidikan jasmani dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL. Hasil ini mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya antara lain Young & McSporran (2001), Lee (2002), Bidjerano (2005), dan Hargittai & Shafer (2006) yang menyimpulkan bahwa peserta didik putera dan peserta didik puteri menunjukkan perbedaan dalam menggunakan strategi regulasi diri dalam proses belajar yang mereka lakukan. Bidjerano (2005) menemukan bahwa peserta didik puteri menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi daripada peserta didik putera dalam menggunakan strategi regulasi diri rehearsal, mengorganisasikan, metakognisi, keterampilan mengelola waktu, elaborasi, dan usaha, tetapi hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan dalam hal sikap respek untuk belajar bersama teman, meminta bantuan, dan keterampilan berfikir kritis. Demikian juga laporan hasil penelitian Young (2007) yang menemukan bahwa regulasi diri peserta didik puteri untuk aspek efikasi diri lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik putera. Berbeda dengan hasil penelitian yang lain, Hargittai & Shafer (2006) melaporakan bahwa keterampilan self-assessed (menilai diri sendiri) peserta didik putera lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik puteri. Lee (2002) dalam penelitiannya menemukan adanya tiga perbedaan pokok penggunakan regulasi diri antara peserta didik putera dengan puteri dalam hal (1) Gaya, tujuan, dan interaksi sosial, (2) faktor-faktor motivasional, dan (3) gaya dan frekuensi mengekpresikan, membicarakan atau memberikan umpan balik sesuatu.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini, secara umumnya dapat katakan bahwa model pendekatan pembelajaran Self-Regulation Learning (SRL) dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran untuk digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar, dan jenis kelamin peserta didik putera dan peserta didik puteri harus menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, beberapa implikasi penting untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar terkait dengan penerapan model pembelajaran Self-regulation Learning antara lain:
(1) Guru seharusnya membantu peserta didik untuk menyusun atau merumuskan tujuan aktivitas belajarnya dengan memberikan kiu-kiu penting terkait dengan aspek-aspek penting dari tugas gerak yang akan dipelajarinya sekaligus membantu membuat dan membimbing cara melakukan self-monitoring kemajuan aktivitas belajarnya. Pada level awal regulasi diri, rumusan tujuan harus lebih menekankan pada tujuan proses, dan ketika sampai pada level yang lebih tinggi maka penekanannya pada tujuan hasil.
(2) Guru seharusnya mendorong peserta didik untuk melakukan self monitoring tentang proses belajar keterampilan gerak yang mereka lakukan dengan membuat log learning tentang aspek-aspek yang terkait dengan aktivitas belajar yang mereka lakukan. Log learning dapat berisi catatan tentang unsur-unsur penting untuk mengingatkan siswa ketika melakukan keterampilan gerak tertentu, atau menghadapi tantangan atau kesulitan tertentu agar mereka dapat mengatasinya
(3) Guru seharusnya memberdayakan peserta didiknya sebagai model (peer modelling) dalam mendemonstrasikan keterampilan gerak. Selain sangat berguna sebagai umpan balik, juga dapat meningkatkan teori kemampuan inkremental dan harapan efikasi diri yang mengkin dapat meningkatkan penggunaan regulasi di antara siswa-siswa yang lainnya.
(4) Guru seharusnya mengorganisasikan aktivitas belajar dan pembelajaran terkait dengan pengembangan strategi kognitif dan metakognitif peserta didik. Misalnya, guru dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses regulasi diri dengan memberikan siswa kesempatan untuk menginisiasi dan mengarahkan aktivitas belajarnya.
(5) Untuk meningkatkan keterlibatan aspek kognitif dan motivasional dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya mempertimbangkan pemberian materi dan tugas belajar secara personal yang bermakna, relevan, dan menarik bagi peserta didik, juga mengandung unsur variasi dan kebaruan.
Secara umum temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa model pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak daripada model pendekatan pembelajaran konvensional baik pada siswa putera maupun siswa puteri. Temuan-temuan ini menguatkan bukti-bukti empirik sebelumnya, bahwa pendekatan SRL membelajarkan siswa secara integratif antara aspek metakognitif, motivasional, dan behavioral, sementara model pendekatan konvensional lebih menekankan pada pengembangan aspek behavioral atau psikomotorik.
Ditinjau dari aspek proses pembelajaran, ada dua perspektif yang dapat menjelaskan temuan penelitian ini, yaitu perspektif proses keaktifan dan proses konstruk-tif. Berdasarkan proses keaktifan, siswa yang diajar dengan model pendekatan pem-belajaran SRL secara aktif terlibat dalam penyusunan tujuan belajarnya, berusaha memonitor proses dan hasilnya, meregulasi dan mengendalikan aktivitas kognisi, motivasi, sikap, dan perilakunya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetap-kannya (Liukkonen, Auweele, Vereijken, Alferman, & Thedorajis, 2007). Aktivitas-aktivitas tersebut diasumsikan akan memediasi hubungan interaktif antara lingkungan belajar peserta didik, peserta didik sebagai pembelajar (seperti kognisi, afeksi, dan motivasinya), dan perilakunya. Pada akhirnya akan menentukan keseluruhan proses belajar dan hasil belajarnya (Pintrich, 2000; Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Sementara dari perspektif konstruktif, pendekatan pembelajaran SRL membelajarkan peserta didik untuk membuat perubahan dalam struktur pengetahuan melalui aktivitas-aktivitas merencanakan, memonitor, dan mengendalikan atau menyesuaikan proses kognitif ketika merespon terhadap perubahan-perubahan tuntutan dan kondisi yang ada (Wolter, 2003b). Dengan demikiam, peserta didik yang melakukan SRL, akan lebih berhasil dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan akademiknya (Pintrich, 2000a, 2000b), demikian juga dalam pengembangan penampilan dan belajar keterampilan geraknya, karena melibatkan penyesuaian secara kognitif maupun motivasional (Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Seperti diketahui, penampilan dan belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh aspek kognisi dan motivasi, dan kedua aspek ini (khususnya kemampuan analisis dan motivasi) terbukti dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan SRL. Pada akhirnya, penampilan gerak dan hasil belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh penggunaaan SRL, baik secara langsung maupun melalui aspek kognisi dan motivasi. Alasan lainnya dapat dilihat dari aspek pelibatkan komponen-komponen SRL ketika siswa sedang belajar keterampilan gerak. Seperti telah disebutkan, siswa yang menggunakan SRL akan melibatkan tiga aspek pokok ketika sedang belajar keteram-pilan gerak, yaitu aspek metagoknisi, motivasi, dan perilaku secara simultan. Ketiga aspek ini sangat menentukan keberhasilan belajar keterampilan garak.
Aspek metakognisi dalam SRL mencerminkan sebuah dinamika kesadaran, pertimbangan, pemonitoran terhadap sejumlah aspek kognisi ketika siswa sedang terlibat proses belajar keterampilan gerak (Liukkonen, et al., 2007), seperti menetapkan tujuan, mendengarkan instruksi, berfikir dan menemukan pemahaman, melihat dan meniru, memvisualisasikan atau membayangkan, dan memfokuskan perhatian (Kermirrec, et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan keterlibatan aspek-aspek di atas dalam proses belajar, keterlibatan aspek metakognisi dalam SRL terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Jadi dalam proses pembelajaran dengan pendekkatan SRL, peserta didik dilibatkan untuk menetapkan tujuan pembelajaran, berkesempatan untuk memikirkan materi dan menemukan pemahaman, melihat gerakan yang benar dan menirunya dengan tepat, dengan terlebih dahulu membayangkannya dalam pikiran, dan memiliki kesempatan lebih untuk memfokuskan perhatian (Kitsantas, Zimmerman, & Clearly, 2000). Dengan kata lain, peserta didik lebih banyak melibatkan aspek kognitif atau melakukan proses mental untuk mengelola informasi yang diterimanya, dan inilah salah satu kelebihan pendekatan SRL dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada pengembangan aspek psikomotorik dan lebih berpusat pada pengajar. Lebih lanjut ditegaskan oleh Pintrich (2000b) bahwa aktivitas metakognisi siswa dalam SRL mencakup aktivitas merencanakan (planning), memonitor (monitoring), dan meregulasi (regulating). Aktivitas merencanakan berkenaan dengan proses menetapkan tujuan belajar dan menganalisis tugas gerak yang dapat membantu mengaktifkan aspek-aspek pengetahuan sebelumnya yang relevan dan membuat organisasi materi dengan tugas gerak sehingga lebih mudah dipahami dan dilakukan. Aktivitas memonitor meli-batkan perhatian peserta didik ketika peserta didik tersebut menampilkan suatu keterampilan gerak. Siswa harus melakukan evaluasi diri (self testing atau self evaluation) sejauhmana keberhasilan yang telah dicapainya. Aktivitas memonitor ini berguna untuk membantu peserta didik memahami dan mengintegrasikan tugas gerak yang sedang dipelajarinya dengan tugas gerak sebelumnya dan aktivitas-aktivitas belajar keterampilan gerak yang pernah dilakukannya. Adapun aktivitas meregulasi, Pintrich, Smith, Garcia, & Mckeachie (1993) mengungkapkan berkenaan dengan penyetelaan (finetuning) dan penyesuaian aktivitas kognisi peserta didik secara berkelanjutan ketika peserta didik melakukan aktivitas belajar. Aktivitas regulasi sangat berguna untuk membantu siswa mengecek dan mengoreksi perilakunya ketika mereka sedang melatih tugas-tugas gerak yang harus dilakukannya.
Keterlibatan aspek motivasi dalam SRL berkenaan dengan pengarahan perilaku untuk mencapai kegiatan belajar, sementara aspek perilaku berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Aktivitas belajar dalam aspek motivasi dan perilaku selama melakukan SRL dalam kelas pendidikan jasmani antara lain mengelola tugas, mengelola perhatian, mengelola waktu, menge-lola motivasi, mencari bantuan, menguragi interaksi teman sebaya, menyesuaikan tingkat kesulitan, mengulang dan melatih (Kermirrec, et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Liukkonen, et al., (2007) menyebutkan dua aspek yang paling sering dilaku-kan siswa dalam SRL adalah meregulasi usaha dan mencari bantuan. Meregulasi usaha berkenaan dengan upaya peserta didik untuk mengendalikan usaha belajarnya. Meregulasi usaha dikenal juga dengan istilah pengeloaan sumber atau resource management (Wolter, 2003b). Meregulasi atau mengelola usaha merupakan aspek motivasi yang sangat penting dalam SRL yang mencerminkan komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan belajar, termasuk ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran. Dalam penampilan dan aktivitas belajar keterampilan gerak, pengelolaan atau regulasi usaha memainkan peranan penting sebab tidak hanya berguna untuk meningkatkan motivasi dan membangun komitmen, tetapi juga untuk menghubungkannya dengan penggunaan strategi-strategi belajar yang lain. Adapun aspek meminta bantuan (helf seeking), merupakan aspek SRL yang dibutuhkan siswa terkait dengan komponen perilaku dalam SRL. Aspek meminta bantuan dibutuhkan terutama ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak yang tidak dapat mereka lakukan, untuk itu bantuan guru dan teman-teman kelasnya akan sangat membantu. Aspek meminta bantuan merupakan strategi regulasi diri terkait dengan aspek motivasi dan perilaku yang memainkan peranan penting untuk meningkatkan penampilan dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak, baik secara bersama-sama terhadap ketiga variabel dependen maupun secara sendiri-sendiri, kecuali pengaruh terhadap variabel motivasi olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan besaran nilai FoB (1,116) = 2,082 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,152 > 0.05. Pada peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL, kemampuan analisis, motivasi olahraga dan keterampilan gerak peserta didik putera terbukti lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik puteri. Adapun untuk yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional, hanya kemampuan analisis peserta didik putera yang lebih tinggi dan signifikan dari peserta didik puteri, sementara untuk variabel motivasi olahraga dan keteampilan gerak tidak menun-jukkan perbedaan yang signifikan. Semua peserta didik baik putera maupun puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan signifikan daripada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional.
Hasil lain ditemukan juga bahwa tidak ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, kecuali pengaruh interaksi terhadap motivasi olahraga menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan besaran nilai FoAB (1,116) = 6,549 dan signifikan pada nilai p = 0,012 < 0.05, hal ini berarti interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi olahraga. Dengan kata lain ada interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi olahraga, meskipun dengan besaran partial eta squared yang relative kecil, yaitu hanya sebesar 5,3 %.
Secara umum, hasil-hasil penelitian di atas dalam kaitannya dengan perbedaan jenis kelamin dapat dinyatakan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak dan ada perbedaan yang signifikan antara siswa putera dengan siswa puteri yang diajar dengan model pendekatan SRL dalam hal kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak. Artinya bahwa jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang harus dipertimbangkan ketika akan mengajar pendidikan jasmani dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL. Hasil ini mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya antara lain Young & McSporran (2001), Lee (2002), Bidjerano (2005), dan Hargittai & Shafer (2006) yang menyimpulkan bahwa peserta didik putera dan peserta didik puteri menunjukkan perbedaan dalam menggunakan strategi regulasi diri dalam proses belajar yang mereka lakukan. Bidjerano (2005) menemukan bahwa peserta didik puteri menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi daripada peserta didik putera dalam menggunakan strategi regulasi diri rehearsal, mengorganisasikan, metakognisi, keterampilan mengelola waktu, elaborasi, dan usaha, tetapi hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan dalam hal sikap respek untuk belajar bersama teman, meminta bantuan, dan keterampilan berfikir kritis. Demikian juga laporan hasil penelitian Young (2007) yang menemukan bahwa regulasi diri peserta didik puteri untuk aspek efikasi diri lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik putera. Berbeda dengan hasil penelitian yang lain, Hargittai & Shafer (2006) melaporakan bahwa keterampilan self-assessed (menilai diri sendiri) peserta didik putera lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik puteri. Lee (2002) dalam penelitiannya menemukan adanya tiga perbedaan pokok penggunakan regulasi diri antara peserta didik putera dengan puteri dalam hal (1) Gaya, tujuan, dan interaksi sosial, (2) faktor-faktor motivasional, dan (3) gaya dan frekuensi mengekpresikan, membicarakan atau memberikan umpan balik sesuatu.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini, secara umumnya dapat katakan bahwa model pendekatan pembelajaran Self-Regulation Learning (SRL) dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran untuk digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar, dan jenis kelamin peserta didik putera dan peserta didik puteri harus menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, beberapa implikasi penting untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar terkait dengan penerapan model pembelajaran Self-regulation Learning antara lain:
(1) Guru seharusnya membantu peserta didik untuk menyusun atau merumuskan tujuan aktivitas belajarnya dengan memberikan kiu-kiu penting terkait dengan aspek-aspek penting dari tugas gerak yang akan dipelajarinya sekaligus membantu membuat dan membimbing cara melakukan self-monitoring kemajuan aktivitas belajarnya. Pada level awal regulasi diri, rumusan tujuan harus lebih menekankan pada tujuan proses, dan ketika sampai pada level yang lebih tinggi maka penekanannya pada tujuan hasil.
(2) Guru seharusnya mendorong peserta didik untuk melakukan self monitoring tentang proses belajar keterampilan gerak yang mereka lakukan dengan membuat log learning tentang aspek-aspek yang terkait dengan aktivitas belajar yang mereka lakukan. Log learning dapat berisi catatan tentang unsur-unsur penting untuk mengingatkan siswa ketika melakukan keterampilan gerak tertentu, atau menghadapi tantangan atau kesulitan tertentu agar mereka dapat mengatasinya
(3) Guru seharusnya memberdayakan peserta didiknya sebagai model (peer modelling) dalam mendemonstrasikan keterampilan gerak. Selain sangat berguna sebagai umpan balik, juga dapat meningkatkan teori kemampuan inkremental dan harapan efikasi diri yang mengkin dapat meningkatkan penggunaan regulasi di antara siswa-siswa yang lainnya.
(4) Guru seharusnya mengorganisasikan aktivitas belajar dan pembelajaran terkait dengan pengembangan strategi kognitif dan metakognitif peserta didik. Misalnya, guru dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses regulasi diri dengan memberikan siswa kesempatan untuk menginisiasi dan mengarahkan aktivitas belajarnya.
(5) Untuk meningkatkan keterlibatan aspek kognitif dan motivasional dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya mempertimbangkan pemberian materi dan tugas belajar secara personal yang bermakna, relevan, dan menarik bagi peserta didik, juga mengandung unsur variasi dan kebaruan.






0 komentar:
Posting Komentar