This training aims at giving preview in the arrangement of sport
education model for
increasing the quality of physical education learning at schools.
There are two approaches for activities method. First is theoretical approach which consists of material presentation, discussion, and question answer. Second one is making a model of sport eucation with many sports. Each of approaches then was evaluated using sport eucation model for physical education class. The material presentation focuses on: theoretical and practical material about sport education models, model implementation, model assesment, and physical education models.
The indication of training successfulness could be seen from the high motivation of participants in following it and also from the new science and skill about sport education model that was gotten. The program of people service was going well and followed by 53 of participants (physical education teachers).
Based on result discussion that was presented then there are some high light points: (1) There are 8 (eight) groups or 43 participants succesing to make sport education model, and (2) There are 2 (two) groups or 10 participants not succesing yet to make sport education model. From eight group wich succesing to make sport education model then: (1) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for basketball sport, (2) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for volleyball sport, (3) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for futsal sport, (4) There are 1 (one) group succesing to make sport education model for athetik sport, (5) There are 1 (one) group succesing to make sport education model for gymnastic sport.
There are two approaches for activities method. First is theoretical approach which consists of material presentation, discussion, and question answer. Second one is making a model of sport eucation with many sports. Each of approaches then was evaluated using sport eucation model for physical education class. The material presentation focuses on: theoretical and practical material about sport education models, model implementation, model assesment, and physical education models.
The indication of training successfulness could be seen from the high motivation of participants in following it and also from the new science and skill about sport education model that was gotten. The program of people service was going well and followed by 53 of participants (physical education teachers).
Based on result discussion that was presented then there are some high light points: (1) There are 8 (eight) groups or 43 participants succesing to make sport education model, and (2) There are 2 (two) groups or 10 participants not succesing yet to make sport education model. From eight group wich succesing to make sport education model then: (1) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for basketball sport, (2) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for volleyball sport, (3) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for futsal sport, (4) There are 1 (one) group succesing to make sport education model for athetik sport, (5) There are 1 (one) group succesing to make sport education model for gymnastic sport.
Pendidikan
Jasmani, yang dalam kurikulum disebut secara paralel dengan istilah lain
menjadi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, merupakan salah satu mata
pelajaran yang disajikan di sekolah, mulai dari SD sampai dengan SMA.
Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih yang
direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (CDC,
2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998).
Pengalaman
gerak yang didapatkan siswa dalam Pendidikan Jasmani merupakan kontributor
penting bagi peningkatan angka partisipasi dalam aktivitas fisik dan olahraga
yang sekaligus juga merupakan kontributor penting bagi kesejahteraan dan
kesehatan siswa (Siedentop, 1990; Ratliffe, 1994; Thomas and Laraine, 1994;
Stran and Ruder 1996; CDC, 2000). Untuk itu tidak mengherankan, peningkatan
kualitas dan efektivitas proses belajar mengajar (PBM) Pendidikan Jasmani
selalu menjadi fokus perhatian semua pihak yang peduli terhadap pendidikan.
Sejauh
ini proses pembelajaran pendidikan jasmani masih berlangsung secara
konservatif. Artinya pola pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dengan penyampaian
teknik-teknik dasar cabang olahraga yang terpisah dari permainan cabang olahraga
tertentu. Sebaliknya model sport
education berorientasi pada keterlibatan siswa secara langsung (student centered) dimana program
pembelajarannya dikemas dalam bentuk kompetisi olahraga. Metode ini dipercaya
mampu mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral yang baik, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktivitas jasmani terpilih.
Berdasarkan
observasi lapangan tentang pembelajaran pendidikan jasmani di beberapa sekolah
baik SD, SMP maupun SMA, pembelajaran masih disampaikan secara terpisah antara
teknik dasar olahraga dengan suasana permainan sebenarnya. Apabila melakukan
permainan, permainan tersebut tidak sesuai dengan hakikat kemampuan siswa serta
kehilangan nilai-nilai keolahragaannya. Terlebih proses pembelajaran tidak
memberikan pengalaman yang lengkap pada siswa dalam berolahraga. Hal ini
dianggapnya tidak sesuai dengan konsep “developmentally
appropriate practices”. Bahkan dalam kenyataannya pun, untuk sebagian besar
siswa cara seperti ini kurang menyenangkan dan kurang melibatkan siswa secara
aktif. Dengan kata lain bahwa
kompetensi dasar dan standar kompetensi pendidikan jasmani di sekolah
berorientasi pada pembelajaran gerak semata (motor learning).
Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah yang selama ini diterapkan oleh guru, yang
pengusul ambil selama survey awal di
sekolah-sekolah di wilayah D.I. Yogyakarta selama tahun 2008-2009, antara lain:
1.
Metode
pembelajaran berorientasi pada Teacher
Centered bukan Student Centered.
2.
Menggunakan
unit pembelajaran yang biasanya pendek.
3.
Sangat
sedikit menggunakan sistem kompetisi olahraga.
4.
Minimnya
unsur-unsur permainan dalam proses pembelajaran.
5.
Nilai-nilai
olahraga seperti nilai kompetisi, fair
play, kerjasama kurang tampak.
6.
Proses
pembelajaran kurang menyenangkan bagi siswa dan cenderung monoton.
Berdasarkan survey awal tentang tanggapan implementasi model sport education di sekolah, diketahui bahwa 60% guru mengatakan perlu, 20% guru mengatakan tidak perlu, dan 10% guru mengatakan ragu-ragu. Dalam sebuah penelitian tentang implementasi model sport education yang pernah pengusul lakukan pada matakuliah permainan bolatangan, diketahui bahwa partisipasi dan antusias mahasiswa dalam proses pembelajaran dalam kategori tinggi. Selain itu juga telah dihasilkan sebuah buku panduan tentang implementasi model sport education bagi mahasiswa.
Model sport education memiliki tujuan untuk mendidik siswa menjadi pemain dalam arti sesungguhnya serta membantu mereka berkembang untuk menjadi olahragawan yang kompeten, bijaksana dan berpengetahuan, serta antusias. Model sport education menawarkan metode pembelajaran yang lebih lengkap dengan apa yang selama ini dilakukan oleh guru-guru pendidikan jasmani. Sebelumnya model sport education sudah dulu eksis di negara Amerika Serikat, yang diperkenalkan oleh Daryl Siedentop sejak tahun 1994.
Model sport education memiliki tujuan khusus antara lain untuk:
Berdasarkan survey awal tentang tanggapan implementasi model sport education di sekolah, diketahui bahwa 60% guru mengatakan perlu, 20% guru mengatakan tidak perlu, dan 10% guru mengatakan ragu-ragu. Dalam sebuah penelitian tentang implementasi model sport education yang pernah pengusul lakukan pada matakuliah permainan bolatangan, diketahui bahwa partisipasi dan antusias mahasiswa dalam proses pembelajaran dalam kategori tinggi. Selain itu juga telah dihasilkan sebuah buku panduan tentang implementasi model sport education bagi mahasiswa.
Model sport education memiliki tujuan untuk mendidik siswa menjadi pemain dalam arti sesungguhnya serta membantu mereka berkembang untuk menjadi olahragawan yang kompeten, bijaksana dan berpengetahuan, serta antusias. Model sport education menawarkan metode pembelajaran yang lebih lengkap dengan apa yang selama ini dilakukan oleh guru-guru pendidikan jasmani. Sebelumnya model sport education sudah dulu eksis di negara Amerika Serikat, yang diperkenalkan oleh Daryl Siedentop sejak tahun 1994.
Model sport education memiliki tujuan khusus antara lain untuk:
1. Mengembangkan keterampilan dan kebugaran.
2. Menghargai dan dapat melakukan permainan
strategis dalam olahraga.
3. Berperan serta secara layak sesuai dengan
tahap perkembangannya.
4. Berbagi peran dalam perencanaan dan
administrasi program olahraga.
5. Memberikan dan mengembangkan kepemimpinan
yang bertanggung jawab.
6. Menghargai ritual dan konvensi keunikan
makna dari setiap cabang olahraga.
7. Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan
tentang perwasitan, penilaian dan pelatihan.
Menurut Siedentop proses pembelajaran pendidikan jasmani pada umumnya tidak
berlangsung secara lengkap, sehingga ketiga aspek pendidikan jasmani tidak
tercapai dengan baik. Oleh karena itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat Program
Unggulan Berbasis Penelitian dari FIK UNY bermaksud untuk melaksanakan pelatihan
penyusunan model sport education bagi
guru pendidikan jasmani baik di tingkat SD, SMP dan SMA. PPM unggulan ini
sesuai dengan hasil penelitian pendidikan yang pernah dilakukan pengusul dengan
judul Pengembangan Model Sport Education
pada Matakuliah Dasar Gerak Bolatangan, tahun 2009.
0 komentar:
Posting Komentar