Senin, 29 Juli 2013

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH
This training aims at giving preview in the arrangement of sport education model for increasing the quality of physical education learning at schools.

There are two approaches for activities method. First is theoretical approach which consists of material presentation, discussion, and question answer. Second one is making a model of sport eucation with many sports. Each of approaches then was evaluated using sport eucation model for physical education class. The material presentation focuses on: theoretical and practical material about sport education models, model implementation, model assesment, and physical education models.

The indication of training successfulness could be seen from the high motivation of participants in following it and also from the new science and skill about sport education model that was gotten. The program of people service was going well and followed by 53 of participants (physical education teachers). 

Based on result discussion that was presented then there are some high light points: (1) There are 8 (eight) groups or 43 participants succesing to make sport education model, and (2) There are 2 (two) groups or 10 participants not succesing yet to make sport education model. From eight group wich succesing to make sport education model then: (1) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for basketball sport, (2) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for volleyball sport, (3) There are 2 (two) groups succesing to make sport education model for futsal sport, (4) There are 1 (one) group succesing to make sport education model for athetik sport, (5) There are 1 (one) group succesing to make sport education model for gymnastic sport.

 Pendidikan Jasmani, yang dalam kurikulum disebut secara paralel dengan istilah lain menjadi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, merupakan salah satu mata pelajaran yang disajikan di sekolah, mulai dari SD sampai dengan SMA. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998).
Pengalaman gerak yang didapatkan siswa dalam Pendidikan Jasmani merupakan kontributor penting bagi peningkatan angka partisipasi dalam aktivitas fisik dan olahraga yang sekaligus juga merupakan kontributor penting bagi kesejahteraan dan kesehatan siswa (Siedentop, 1990; Ratliffe, 1994; Thomas and Laraine, 1994; Stran and Ruder 1996; CDC, 2000). Untuk itu tidak mengherankan, peningkatan kualitas dan efektivitas proses belajar mengajar (PBM) Pendidikan Jasmani selalu menjadi fokus perhatian semua pihak yang peduli terhadap pendidikan.
Sejauh ini proses pembelajaran pendidikan jasmani masih berlangsung secara konservatif. Artinya pola pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dengan penyampaian teknik-teknik dasar cabang olahraga yang terpisah dari permainan cabang olahraga tertentu. Sebaliknya model sport education berorientasi pada keterlibatan siswa secara langsung (student centered) dimana program pembelajarannya dikemas dalam bentuk kompetisi olahraga. Metode ini dipercaya mampu mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral yang baik, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih.
Berdasarkan observasi lapangan tentang pembelajaran pendidikan jasmani di beberapa sekolah baik SD, SMP maupun SMA, pembelajaran masih disampaikan secara terpisah antara teknik dasar olahraga dengan suasana permainan sebenarnya. Apabila melakukan permainan, permainan tersebut tidak sesuai dengan hakikat kemampuan siswa serta kehilangan nilai-nilai keolahragaannya. Terlebih proses pembelajaran tidak memberikan pengalaman yang lengkap pada siswa dalam berolahraga. Hal ini dianggapnya tidak sesuai dengan konsep “developmentally appropriate practices”. Bahkan dalam kenyataannya pun, untuk sebagian besar siswa cara seperti ini kurang menyenangkan dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Dengan kata lain bahwa kompetensi dasar dan standar kompetensi pendidikan jasmani di sekolah berorientasi pada pembelajaran gerak semata (motor learning).
Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah yang selama ini diterapkan oleh guru, yang pengusul ambil selama survey awal di sekolah-sekolah di wilayah D.I. Yogyakarta selama tahun 2008-2009, antara lain:
1.        Metode pembelajaran berorientasi pada Teacher Centered bukan Student Centered.
2.        Menggunakan unit pembelajaran yang biasanya pendek.
3.        Sangat sedikit menggunakan sistem kompetisi olahraga.
4.        Minimnya unsur-unsur permainan dalam proses pembelajaran.
5.        Nilai-nilai olahraga seperti nilai kompetisi, fair play, kerjasama kurang tampak.
6.        Proses pembelajaran kurang menyenangkan bagi siswa dan cenderung monoton.

Berdasarkan survey awal tentang tanggapan implementasi model sport education di sekolah, diketahui bahwa 60% guru mengatakan perlu, 20% guru mengatakan tidak perlu, dan 10% guru mengatakan ragu-ragu. Dalam sebuah penelitian tentang implementasi model sport education yang pernah pengusul lakukan pada matakuliah permainan bolatangan, diketahui bahwa partisipasi dan antusias mahasiswa dalam proses pembelajaran dalam kategori tinggi. Selain itu juga telah dihasilkan sebuah buku panduan tentang implementasi model sport education bagi mahasiswa.

Model sport education memiliki tujuan untuk mendidik siswa menjadi pemain dalam arti sesungguhnya serta membantu mereka berkembang untuk menjadi olahragawan yang kompeten, bijaksana dan berpengetahuan, serta antusias. Model sport education menawarkan metode pembelajaran yang lebih lengkap dengan apa yang selama ini dilakukan oleh guru-guru pendidikan jasmani. Sebelumnya model sport education sudah dulu eksis di negara Amerika Serikat, yang diperkenalkan oleh Daryl Siedentop sejak tahun 1994.
Model sport education memiliki tujuan khusus antara lain untuk:
1.    Mengembangkan keterampilan dan kebugaran.
2.    Menghargai dan dapat melakukan permainan strategis dalam olahraga.
3.    Berperan serta secara layak sesuai dengan tahap perkembangannya.
4.    Berbagi peran dalam perencanaan dan administrasi program olahraga.
5.    Memberikan dan mengembangkan kepemimpinan yang bertanggung jawab.
6.    Menghargai ritual dan konvensi keunikan makna dari setiap cabang olahraga.
7.    Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan tentang perwasitan, penilaian dan pelatihan.

Menurut Siedentop proses pembelajaran pendidikan jasmani pada umumnya tidak berlangsung secara lengkap, sehingga ketiga aspek pendidikan jasmani tidak tercapai dengan baik. Oleh karena itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat Program Unggulan Berbasis Penelitian dari FIK UNY bermaksud untuk melaksanakan pelatihan penyusunan model sport education bagi guru pendidikan jasmani baik di tingkat SD, SMP dan SMA. PPM unggulan ini sesuai dengan hasil penelitian pendidikan yang pernah dilakukan pengusul dengan judul Pengembangan Model Sport Education pada Matakuliah Dasar Gerak Bolatangan, tahun 2009.

0 komentar:

Posting Komentar