Minggu, 25 Mei 2014

Pemain-pemain Skateboard dan sepak bola di Oro Oro Dowo

Pemain-pemain Skateboard dan sepak bola di Oro Oro Dowo 
A. Jenis Penelitian
Sebagai studi lapangan, penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang banyak melibatkan orang untuk diwawancarai dengan semakin banyak orang di Malang untuk dimintai pendapatnya dan perasaannya tentang olah raga di Malang, maka semakin valid datanya.

B. Tempat dan Waktu Pentlitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Malang, di antaranya velodrome, Stadion Gajayana, dan beberapa tempat lain seperti gedung-gedung olah raga, tempat olah raga di universitas, stadion dan jalan lokal. Waktu penelitian dilakukan antara bulan September sampai Desember tahun 2004.

C. Populasi dan Sampel
Walaupun sepak bola adalah cukup besar di Malang, peneliti juga ingin melihat pada olah raga lain. Sebetulnya bagian besar laporan ini memfokuskan terhadap sepak bola karena itu olah raga yang terbesar di Malang. Akan tetapi, ada beberapa olah raga lain yang juga besar dan agak populer. Oleh karena itu, peneliti mencoba mewawancarai sebanyak mungkin pemain dan penonton olah raga dari beberapa cabang olah raga selain sepak bola misalnya balap sepeda, paralayang dan karate.

AREMANIA
Tidak mungkin melakukan penelitian tentang olah raga dan identitas di Malang tanpa melihat aktivitas yang dilakukan oleh tim sepak bola Arema dan pendukungnya, Aremania. Memang ada banyak olah raga di Malang selain sepak bola dan Arema, tetapi ada terlalu banyak Aremania di Malang untuk tidak mengambil peduli dalam fenomen ini. Sebetulnya, waktu peneliti pertama kali mau melakukan penelitian tentang olah raga di Malang, peneliti tidak ingin melakukan semuanya tentang Aremania. Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan orang di Malang sudah tahu tentang Arema dan Aremania. Akan tetapi, waktu peneliti mulai, tidak mungkin menulis tentang olah raga di Malang tanpa termasuk Aremania. Untuk kebanyakan penduduk kota Malang, Aremania adalah identitasnya. Waktu peneliti baru pindah ke kota Malang, peneliti bertemu dengan seorang laki-laki di jalan. Dia berkata, “lihat baju saya, Singo Edan, saya Aremania. Sudah tahu tentang Aremania? Anda harus tahu tentang Aremania.” Yang menarik tentang situasi ini adalah bahwa nanti, peneliti menemukan bahwa anak Aremania ini tidak pernah menonton Arema bermain sepak bola. Bagaimana pemuda ini bisa berkata bahwa dia sudah Aremania tanpa menonton pertandingan? Berarti Aremania adalah kejadian yang sudah menciptakan identitas untuk beberapa orang di Malang. Mereka adalah Aremania.

A. Metode
Untuk mencari informasi tentang Aremania, peneliti sering menonton Arema bermain di Stadion Gajayana dan juga menonton pertandingan Persema. Peneliti mencari informasi tentang Arema di internet dan juga di surat kabar. Selain itu, peneliti sering berbicara dan mewawancarai Aremania, di pertanding dan di tempat lain.

B. Tim Arema
Arema sebagai klub sepak bola didirikan pada tanggal 11 Augustus 1987. Zodiak untuk Arema adalah Leo, jadi Arema memilih simbol singa dan menjadi tim Singo Edan, atau Singa Gila. Aremania adalah nama untuk pendukung Arema. Juga bisa disebut Aremania untuk laki-laki dan Aremanita untuk perempuan. Aremania sebagai kelompok didirkan karena sebelum Aremania, sering ada bentrokan antara pendukung-pendukung, khususnya antara pendukung tim Arema dan pendukung tim Surabaya, Persebaya. Arema sebagai tim tidak suka bentrokan ini dan tidak mau bentrokan di pertandingannya, jadi menciptakan kelompok pendukung Arema namanya Aremania. Aremania menciptakan lagu-lagu untuk membuat penonton dan pemain lebih semangat. Mereka membuat lagu-lagu, dan mencari orang untuk menjadi dirigen atau pemimpin untuk memimpin lagu di pertanding. Akibatnya, di pertandingan Aremania kelihatan dan kedengaran satu kelompok yang disatukan, kuat dan bangga, yang diiringi oleh yel-yel dan lagu-lagu.

Arema sebagai tim sepak bola cukup bagus. Tim tersebut baru meloloskan diri ke Divisi Utama PSSI setelah beberapa pertandingan di Jakarta dan menjadi tim juara di Divisi I pada bulan Oktober 2004. Arema menjadi tim juara waktu melawan PSDS lewat perpanjangan waktu dan pemain Arema, Marthen Tao mendapat gol ‘emas’ di menit akhir perpanjangan kedua. Sebetulnya, pemain-pemain Arema bukan semua asli Malang. Selain orang Malang dalam tim ini, ada beberapa pemain dari daerah lain di Indonesia dan juga dari luar negeri, dengan empat pemain yang berasal Brazil. Dulu, kebanyakan pemain Arema asli Malang tetapi setelah kalah terus dan managemen tim diganti, mereka sadar bahwa untuk menjadi tim terbaik, mereka harus mendapat pemain terbaik, baik mereka yang asli Malang atau daerah lain. Untuk Arema dan Aremania, mereka tidak peduli tentang tempat lahir atau tempat asli pemainnya. Ketika orang bermain untuk Arema, mereka menjadi satu dengan Arema dan Aremania tanpa memperhatikan suku bangsa, agama atau apa saja. Kalau mereka terus bermain untuk Arema, mereka akan terus dicintai oleh kebanyakan masyarakat Malang. Misalnya, Marthen Tao berasal dari Papua, dan Arema dan Aremania bersama tidak peduli dia bukan orang Malang, khususnya waktu dia mendapat gol di Jakarta. Selain itu, pemain dari Brazil dikasih Aremania bendera Brazil yang juga mempunyai kata Arema. Arema dan Aremania adalah tentang perasaan kebersamaan. Kalau ada orang yang memakai baju Arema, mereka benar-benar Aremania karena Aremania mempunyai kepuasan hati dan perasaan bangga. Kalau ada orang luar Malang atau Indonesia yang mau ikut Aremania, mereka boleh kalau mereka mengerti prinsip Arema dan mempunyai keinginan hati untuk ikut. Kalau mereka mau, orang luar juga dapat menjadi satu dengan Arema dan Aremania.

C. Artinya Arema dan Aremania
Arema adalah singkatan untuk Arek Malang atau Anak Malang. Arema sudah didirikan sebagai kata untuk menyatukan masyarakat Malang sejak dulu. Arema sudah dikenal sebagai kata Malang dan kata tersebut termasuk prinsip-prinsip orang Malang. Waktu tim Arema didirikan dan mereka harus memilih nama untuk timnya, mereka memilih Arema karena Arema sudah termasuk prinsip dari masyarakat Malang. Dulu, ada beberapa nama lain sebelum Arema dipilih tetapi akhirnya nama Arema dipakai. Oleh karena itu, Arema mempunyai maksud untuk masyarakat Malang yang lebih kuat daripada hanya tim sepak bola. Ini karena orang Malang memikirkan tentang Malang dan kebanggaan kotanya waktu mereka mendengar kata Arema. Pikiran ini adalah kemungkinan besar kenapa Aremania mendapat banyak dukungan.

Prinsip atau kata Arema untuk kebanyakan orang Malang mulai sejak masih kecil. Mereka merasa bahwa ada prinsip nuwun sewu atau permisi di Malang dan mereka merasa bangga pada kotanya. Arema sebagai tim sepak bola memakai prinsip atau gaya Arema untuk melanjutkan tim sepak bola Arema. Aremania mengambil prinsip Arema dan memakai prinsip itu untuk Aremania yang lebih resmi. Oleh karena itu, banyak masyarakat Malang sudah mempunyai pikiran atau prinsipnya, dan ikut Arema dan Aremania karena ingin meresmikan perasaannya. Aremania ikut karena keinginan hati, bukan karana dipaksa atau program, dan tidak ada pemimpin. Aremania mempunyai semboyan,

Yang Penting Jiwa Arema
Hanya Satu Jiwaku Aremania

yang menunjukkan perasaan bahwa identitas Aremania sudah menjadi satu dengan Arema dan Aremania.

Aremania mempunyai prinsip kuat. Kalau mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membeli tiket atau berjalan ke kota lain untuk menonton Arema, mereka akan bermain musik di jalan atau meminjam uang dari teman untuk mendapatkan uang. Mereka tidak akan mencuri atau melakukan sesuatu yang merupakan pelanggaran. Prinsip ini adalah sama kalau Aremania ke kota lain untuk menonton Arema. Aremania tidak mau menganggu masyarakat kota itu atau melakukan sesuatu yang kurang sopan. Arema kuat dalam kepercayaannya dan tidak pernah mau menciptakan persoalan. Hanya ada satu hal yang bisa mendapat Aremania menjadi kurang baik yaitu kalau pendukung tim lain merusak bendera Arema. Misalnya, menurut seorang Aremania, sering kali Aremania dilempari waktu di pertandingan tetapi Aremania duduk diam dan tidak membalas atau melakukan apa saja. Akan tetapi, kalau pendukung tim lain itu merusak bendera, Aremania akan menjadi marah dan membalas sebagai kekuatan satu.

D. Kesatuan Arema dan Aremania
Ada tim sepak bola lain di Malang, Persema atau persatuan sepak bola Malang. Peneliti bertanya kepada seorang Aremania kenapa Arema mempunyai lebih banyak dukungan daripada Persema walaupun Persema didirikan pertama dan mewakili kabupaten Malang. Dia menjawab bahwa alasannya adalah hanya kata-kata yang berbeda. Dia berkata bahwa karena Arema memakai kata Arema, itu membawa kebanggaan arek Malang dan orang mau ikut karena mereka sudah Arema. Dia berpendapat bahwa Arema menyatukan arek Malang dan karena katanya hanya lima huruf, itu lebih enak untuk berteriak di pertandingan. Pada pihak lain, Persema tidak mempunyai kemampuan untuk menyatukan Malang karena orang tidak menengal kata Persema sepert kata Arema. Alasan lain yang lebih mendasar adalah bahwa ada suasana yang bernuansa birokrat karena klub itu adalah milik pemerintah daerah. Seorang Aremania tersebut mengakui bahwa Persema didirikan lebih dulu jadi sebetulnya Persema kakak yang lebih tua. Walaupun Persema tim yang lebih tua, namun jika diamati di pertandingan, maka Arema yang mempunyai lebih banyak mendapatkan dukungan.

Aremania adalah kelompok yang kuat sekali. Peneliti mau tahu kalau kekuatan ini hanya karena orang sudah teman memakai baju Arema bersama atau mereka menjadi teman karena mereka ikut Aremania. Waktu peneliti ikut Aremania dan memakai baju, peneliti bisa melihat pada kelompok ini dan menentukan bagaimana pandangan orang lain dapat diubah kalau orang ikut Aremania. Waktu peneliti memakai baju Aremania di jalan, peneliti terkejut sekali karena perasaan terhadap peneliti diganti dari ‘orang luar’ kepada orang yang dihormati seperti biasa. Biasanya kalau peneliti jalan-jalan, selalu ada orang yang berteriak, ‘bule,’ ‘hello miss’ atau kata lain seperti itu yang menunjukkan bahwa peneliti bukan orang Indonesia tetapi orang luar. Selain itu, peneliti sering mendengar orang Indonesia di jalan bicara tentang peneliti dan secara atomatis mereka berpendapat bahwa peneliti seorang turis. Namun sangat menarik, kalau peneliti memakai baju Arema, peneliti bukan orang bule, turis, atau orang luar lagi. Peneliti langsung Aremania dan dihormati sebagai Aremania oleh orang lain. Waktu peneliti memakai baju Arema, daripada yang biasa, orang di jalan hanya melihat peneliti dan berkata, “Arema” atau “Aremania” dan langsung terus dengan kegiatan mereka. Peneliti bukan dianggap seperti orang luar lagi. Sama dengan itu, waktu peneliti dan teman-teman Australia menonton Arema bermain di Stadion Gajayana, kami juga termasuk sebagai Aremania dan kurang mendapat perhatian daripada biasa kalau kami di jalan. Ini menunjukkan identitas Aremania sangat kuat sekali. Kelihatan bagaimana orang langsung dapat dianggap sebagai bagian dari kelompok dan mengidentifikan dirinya sebagai anak Aremania. Berikutnya adalah penjelasan tentang pertandingan Arema jadi pembaca dapat mengerti kelompok dan identitas yang peneliti jelaskan di atas tentang gaya Aremania.

Contoh Aremania di Pertandingan
Pada hari pertandingan, dimana-mana banyak orang memakai baju, jaket, topi, selendang atau bawa bendera Arema. Kelihatan seperti laut biru yang menuju ke stadion Gajayana, di mobil, sepeda motor atau berjalan kaki, orang-orang mempunyai satu pikiran. Tiba di stadion dan mempersiapkan untuk mendukung tim kesayangannya. Orang-orang ini berumur bayi sampai sudah tua dan yang paling banyak ada kelempok-kelompok laki-laki. Anak yang masih mudah sering diantar oleh kakaknya. Selain laki-laki, masih ada beberapa ayah bersama anaknya, dan perempuan juga. Di salah satu pertandingan juga ada beberapa waria. Yang penting, semua orang ini Aremania, dan datang untuk satu alasan yaitu untuk menonton tim Arema atau Singo Edan dan mengharapkan menang. Tidak apa-apa kalau perempuan, laki-laki, tua atau mudah, semuanya menjadi teman. Ada orang-orang dimana-mana yang memakai beberapa jenis baju Arema. Ada baju biru, hitam dan banyak lagi, tetapi yang penting semua baju itu menyebut Arema atau Aremania. Selain baju, ada jaket, topi, selendang atau juga ada yang bawa bendera Arema di punggungnya. Bukan hanya pakaian resmi Arema, ada juga yang mencetak baju sendiri, jadi bajunya unik tetapi masih Aremania. Misalnya ada baju biru dengan wajah singa di depan dan Arema ditulis di belakang. Semua orang yang bersama ke stadion Gajayana menciptakan perasaan Aremania, yaitu Aremania adalah gaya hidup, dan untuk kebanyakan Aremania saat itu, Aremania dan menonton Arema adalah paling penting bagi mereka. 

Di luar stadion ada banyak polisi, dan tank meriam air untuk kemungkinan jika ada persoalan di dalam. Tetapi setiap kali peneliti menonton pertandingan, Aremania tidak pernah mengganggu polisi dan polisi tidak mengganggu Aremania. Aremania lebih tertarik pada masuk stadion dan mencari tempat duduk. Untuk masuk stadion, orang-orang harus berbaris satu per satu. Ada orang, khususnya ayah yang bawa anaknya yang masuk barisan lewat samping, tetapi biasanya orang tidak peduli. Mereka semua tunggu secara sabar untuk memberi tiketnya dan lewat polisi yang memeriksa semua isi tas. Kalau orang mempunyai botol, mereka harus ganti botol itu dengan plastik. Semua kegiatan ini untuk memastikan keamanan pertandingan, tetapi secara umum, Aremania tidak mau menciptakan persoalan. Sebetulnya Aremania tidak akan membuat kesulitan untuk orang lain. Mereka hanya ingin melihat tim Arema menang.

Setelah masuk, orang-orang memilih tempat duduk. Yang sudah diketahui oleh semua Aremania, kalau mau mendukung Arema yang paling aktif, duduk di kedua tepi stadion. Alasannya adalah karena di situ ada dirigen yang memimpin sorak-sorai. Mungkin paling penting untuk Aremania, dirigen-dirigen menciptakan kesatuan untuk Aremania, dan memastikan orang ramai yang bersorak menjadi satu. Dirigen juga mempunyai peran dalam aksi Aremania sebelum pertandingan dimulai. Selain dengan dirigen, ada orang-orang yang membawa drum-drum dan berdiri di bawah dirigen dan bermain jadi dirigen dan Aremania dapat bernyanyi bersama dan membuat Aremania menjadi kompak. Orang-orang ini paling penting karena tanpa mereka, Aremania tidak akan bersama dan nyanyian kurang bagus.

Satu contoh aksi yang dilakukan oleh dirigen pada suatu pertandingan adalah waktu dua Aremania masuk lapangan, membawa boneka batu nisan untuk tim lain. Mereka berjalan kaki mengelilingi lapangan sampai berhenti di depan tempat duduk tim lain. Kedua dirigen langsung ke situ dan membangunkan tempat kubur untuk tim lain sehingga menakutkan tim lawan dan membuat Aremania menjadi lebih ramai. Walaupun dari luar aksi ini mungkin kelihatan agak jahat, tetapi sesungguhnya hal ini hanya untuk menyenangkan dan menunjukkan adanya kekompakan bagi Aremania dalam memberi dukungan terhadap timnya.

Pada saat ini, kelompok Aremania hampir tidak bisa menahan teriakan yel-yel walaupun pemain Arema masih belum kelihatan. Dirigen Aremania mulai memimpin sorak-sorai dan semua Aremania ikut bernyanyi. Yang menarik tentang sorak-sorai ini adalah ini tidak hanya sekedar nyanyian, tetapi ada tindak-tanduk yang mengiringi nyanyian tersebut. Walaupun ini mungkin kedengaran seperti tidak penting, namun tindak-tanduk ini dapat mempersatukan Aremania. Dari salah satu sudut stadion kelihatan kelompok Aremania melakukan gerakan-gerakan yang menunjukkan pemandangan yang benar-benar mengagumkan. Aremania yang melihat gerakan-gerakan itu langsung ikut serta. Hasilnya adalah bahwa semua Aremania mencoba menjadi lebih keras dan bersemangat, dan akhirnya hanya yang kedengaran adalah Aremania. Kalau ini cara untuk menakutkan tim lawan, pasti berhasil.

Kemudian, ada suara di pengeras suara yang memperkenalkan tim dan meminta untuk diam sambil mendengar lagu nasional. Yang mengherankan untuk orang luar, tidak ada alat musik yang mengiringi lagu nasional itu. Semua orang hanya bernyanyi bersama, pakai suara yang keras dan cukup jelas. Lagu ini adalah menunjukkan kebanggaan. Kebanggaan untuk tim, Malang dan Indonesia. Pada saat menyanyi lagu nasional itu, semua orang dalam stadion itu merasa seperti satu. Perasaan seperti, “kita Aremania, dan tidak ada kekuasaan yang lebih kuat daripada kita.”

Akhirnya, pengeras suara mengumumkan tim Arema dan tim lawan. Waktu Arema berlari ke lapangan itu, suara Aremania kembali terdengar dengan yel-yel khas. Pemain tim Arema melambaikan tangan dan membuat tindakan jadi suara Aremania menjadi lebih keras. Yang jelas, Arema suka Aremania, dan tidak ada Arema tanpa Aremania. 

Ada banyak polisi, lebih dari seratus yang duduk di sekeliling lapangan. Mereka membawa perisai dan ada dua anjing untuk menguasai orang-orang kalau Aremania menjadi ramai. Akan tetapi, polisi tahu kalau Aremania tetap bersama, polisi tidak bisa melakukan terlalu banyak untuk menguasai orang-orang karena Aremania terlalu banyak. Misalnya, di satu pertandingan, ada orang yang memakai baju Aremania yang berlari ke lapangan. Dia ditangkap oleh polisi dengan perlakuan yang agak keras dan ditarik dari lapangan. Setelah Aremania yang menonton sepak bola melihat, mereka mulai menjadi ramai. Polisi-polisi melihat situasi Aremania, dan walaupun polisi tahu mereka bisa membawa orang itu ke stasion, dia dilepas dan polisi itu tersenyum dan melambaikan tangan kepada penonton. Selain itu, sering kali ada orang yang melempar aqua pada polisi. Kalau polisi dipukul, biasanya mereka hanya lihat kepada para Aremania dan tidak melakukan tindakan apa-apa. Dalam konteks ini, Aremania mempunyai kekuasaan sendiri. Seperti itu, waktu Arema mendapat gol, Aremania menjadi gila. Tidak perlu dirigen untuk memimpin sorak-sorai. Aremania melakukan itu sendiri. 

Setelah pertandingan selasai, jalan menjadi ramai lagi. Ada beberapa orang yang meninggalkan stadion sebelum pertanding selesai kalau kelihatan seperti Arema akan menang. Biasanya orang tua termasuk anak kecil pulang lebih duluan agar lebih memudahkan. Setelah pertandingan selesai, semua orang mulai keluar stadion. Walaupun ramai, jarang ada orang yang menerobos diantara orang banyak. Kebanyakan orang bersabar dan menunggu sampai bisa keluar tanpa menganggu orang lain. Di luar stadion ada banyak angkutan yang penuh dengan Aremania, sama dengan mobil, sepeda motor dan becak. Banyak Aremania juga berjalan kaki supaya lebih cepat pulang. Masih ada orang yang berteriak Aremania tetapi secara umum, lebih sepi daripada sebelum masuk.

1. ATLET YANG BERMAIN UNTUK OLAH RAGA YANG SUDAH MENDAPATKAN PERHATIAN
A. Sepak Bola
Olah raga yang paling besar di Malang adalah sepak bola. Dengan dua tim, Arema dan Persema, masyarakat Malang sering ke stadion dan menikmati pertandingan timnya. Satu hari, peneliti menonton press conference tim Persema untuk sementara. Peneliti diantar ke situ karena memang peneliti tidak dapat masuk atau berbicara dengan pemain kalau peneliti ke situ sendirian. Ada rumah atau asrama yang dipakai oleh Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Malang untuk ditempati oleh atlet berprestasi. Rumah ini dekat dengan kantor KONI dan cukup mewah. Waktu peneliti tiba ke situ, ada banyak mobil di tepi jalan dan hanya ada beberapa sepeda motor. Kelihatan orang yang terlibat dengan tim ini mempunyai kemampuan untuk membeli mobil. Selain mobil-mobil, ada beberapa polisi yang berdiri di sekeliling rumah itu dan wartawan-wartawan dimana-mana. Juga ada beberapa pegawai dari kantor pemerintah seperti KONI. Waktu peneliti lihat ke dalam rumah, ada banyak pemain Persema yang memakai baju Persema yang sama, biasanya dengan celana ‘jeans’. Mereka dikasih makanan dan minuman dan diperbolehkan berbicara sambil menunggu acara dimulai. Cara bicaranya keras sekali dan sering bercanda. Sambil peneliti di luar, ada pemain asli Chili yang menemui wartawan dan dalam Bahasa Indonesia yang sudah lancar, bertanya siapa wartawan yang menulis artikel dalam Malang Pos yang berkata bahwa dia akan ikut Persema lagi musim depan. Pemain ini tidak senang karena informasi itu belum ditentukannya. Waktu pemain Chili ini berbicara, dia melihat kepada kawan seregunya dan memutar matanya. Mereka tersenyum bersama dan pemain luar negeri terus dengan percakapannya. Dengan melihat cara pemain dan pegawainya berkumpul bersama, dapat dilihat kesatuan tim Persema. Walaupun pemain tersebut bukan orang Indonesia, dia dianggap sama dengan anggota Persema lain. Dia dapat bercanda dan tertawa tentang anggota tim lain seperti dia juga orang Indonesia. Tim Persema kelihatan seperti kelompok yang kompak sekali.

Setelah ditanya oleh teman peneliti, pemain Persema senang untuk diwawancarai, tetapi hanya ada waktu untuk mewawancara satu orang. Pemain yang diwawancarai ramah sekali dan sangat membantu dan menjawab semua pertanyaan. Yang peneliti dapat dari wawancara itu adalah bahwa pemain ini dapat jaminan hidup karena bermain untuk Persema. Dia mempunyai pendapat bahwa olah raga di Malang sangat dihargai, khususnya sepak bola. Dia suka menjadi ‘pahlawan’ olah raga karena membuat senang keluarga dan temannya. Yang paling penting, dia bermain untuk dia sendiri, kemudian timnya dan setelah itu, untuk pendukung dan keluarga. 

Waktu peneliti melakukan wawancara, walaupun pemain itu ramah, peneliti mempunyai perasaan seperti tidak mau menghabiskan terlalu banyak waktu karena dia sibuk dan waktunya mahal. Perasaan ini mungkin betul, mungkin salah, tetapi yang penting ada perasaan tersebut. Biasanya, pikiran seperti itu hanya diciptakan kalau ada orang yang berprestasi atau cukup tingginya kedudukan dalam masyarakat. Betul, Persema adalah tim sepak bola yang mewakili Malang, dan peneliti berpendapat bahwa pemain tahu tingginya atau penghargaan untuk mereka karena mereka telah berhasil menjadi ‘pahlawan’ olah raga untuk masyarakat Malang.

Dari pengalaman peneliti, ada pancaran keren meliputi pemain Persema. Walaupun mereka sangat ramah dan mau membantu, kelihatan seperti mereka memikir mereka sudah berprestasi dan tidak perlu orang lain karena mereka sudah terkenal di Malang. Persema baru kalah di Jakarta, tetapi terlihat seperti itu sudah dilupa. Kelakuan ini tidak berarti bahwa mereka tidak peduli tentang orang lain dan pertandingnya, tetapi waktu mereka bersama, mereka kompak sebagai satu kelompok atau satu tim. Waktu tim Persema bersama, mereka tidak merasa orang sendiri lagi, mereka adalah bagian tim. Mereka tahu bahwa mereka sudah berprestasi di Malang, dan tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain di Malang yang masih terus berjuang untuk mendapatkan fasilitas dan perhatian. Identitas pemain Persema adalah timnya. Tentu saja, ini berubah waktu mereka pulang atau ke tempat lain sendirian, tetapi waktu mereka masih di Malang dan bermain untuk Persema, mereka mengidentifikasi dirinya sebagai anggota Persema.

B. Tim Balap Sepeda
Walaupun sepak bola adalah olah raga yang paling besar di Malang, ada jenis olah raga lain yang juga sudah mendapatkan perhatian di Malang. Olah raga ini termasuk balap sepeda dan paralayang. Tim balap sepeda dan paralayang adalah di antara tim yang paling besar dari Malang yang ikut PON XVI di Palembang. 

Waktu peneliti kunjungi velodrome untuk bertemu dengan tim balap sepeda, peneliti bertemu dengan beberapa atlet yang sedang istirahat sebelum mulai latihan lagi. Atlet di situ masuk PON XVI Palembang dan juga ada atlet yang mewakili Indonesia dalam kompetisi luar negeri. Tim balap sepeda ini terlihat kuat sekali. Bukan secara individu, tetapi kuat sebagai tim. Waktu pertama kali peneliti kunjungi velodrome, hanya ada sedikit orang. Ada yang memperbaiki sepedanya, dan yang lain hanya duduk bersama sambil ngobrol. Ada yang mau membantu peneliti melakukan penyebaran angket tetapi yang lain berkata bahwa tidak apa apa, satu orang dapat mewakili semua anggota tim. Mereka kelihatan mempunyai kepercayaan pada anggota tim lain tetapi juga, sama dengan yang sudah peneliti alami dengan tim Persema, waktunya mahal. Waktu yang lain peneliti ke velodrome itu berbeda karena ada lebih banyak atlet di sana, dan peneliti dapat kesempatan untuk melihat bagimana mereka saling berinteraksi. Mereka kelihatan teman yang baik sekali dan semua duduk di kamar bersama waktu tunggu untuk memulai latihan. Peneliti melihat mereka sangat disiplin. Peneliti juga melihat velodrome, yang, walaupun satu atlet berkata bahwa dia ingin Malang mempunyai velodrome yang bersih dan bagus seperti dia lihat waktu berkompetisi di Adelaide Australia, velodrome itu masih bagus. Ketika ditanya tentang upaya yang dilakukan para atlet balap sepeda tersebut, maka mereka menjawab akan berupaya memajukan olah raga balap sepeda yang ada di Malang, termasuk meningkatkan kemampuannya di balap sepeda dan berupaya menjadi juara dunia. Ketika peneliti ke velodrome pada bulan puasa dan walaupun ada anggota tim yang puasa, mereka masih terus ikut latihan. Akhirnya, setiap orang disana mengisi angket peneliti dan peneliti menemukan data bahwa mereka betul disiplin sekali, dan berlatih keras. Pada jawaban mereka, banyak menyebut bahwa mereka mau ikut kompetisi nasional atau internasional dan menjadi juara. Ada atlet balap sepeda berpendapat bahwa olah raga sudah sangat maju di Malang, khususnya balap sepeda. Juga ada yang berkata bahwa olah raga di Malang lumayan, dan sudah mulai ada perhatian. Secara umum, merekat berpikir bahwa olah raga di Malang cukup maju, khususnya balap sepeda. Akan tetapi, juga ada beberapa pemain balap sepeda yang mengaku bahwa mereka tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain.

Kelompok atlet ini kelihatan mempunyai disiplin. Mereka ikut tim balap sepeda yang mempunyai perhatian yang sudah cukup dan mereka tidak tahu terlalu banyak tentang olah raga lain karena mereka tidak usah tahu. Mereka mau menjadi paling bagus atau juara dalam olah raganya dan ada beberapa yang bisa mendapat jaminan hidup kalau bermain. Mereka atlet elit, bagian tim balap sepeda dan mereka hidup untuk olah raganya. 

C. Tim Paralayang
Peneliti juga menghadiri upacara penghargaan atlet PON XVI yang berlangsung di Malang pada tanggal 28 Oktober 2004. Peneliti mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan semua atlet Malang yang ikut PON XVI. Selain tim balap sepeda, kelompok kuat lain yang mempunyai sifat-sifat cukup sama dengan tim balap sepeda adalah atlet atau tim paralayang. Mereka kelihatan seperti dalam situasi sama dengan tim balap sepeda terutama perhatiannya dalam bidang olah raganya. Tim paralayang dan balap sepeda kelihatan sudah berteman dan saling kenal. Mereka mempunyai pancaran termasuk dalam satu klub atau kelompok, dan kelihatan hanya ada satu cara untuk ikut kelompok itu, yaitu ikut paralayang. Yang menarik tentang pemain paralayang di Malang adalah bahwa waktu ditanya apa maksud olah raga untuk Anda, semua tim paralayang menjawab kesehatan. Ini bukan olah raga yang mereka terkuni sejak masih kecil tetapi olah raga yang hanya dimulai waktu mereka sudah dewasa. Mereka ikut klub untuk bermain paralayang karena mereka berpendapat bahwa pandangan dan pengalaman paralayang enak sekali. Mereka ikut karena mereka mau mengalami pengalaman tersebut. Selain itu, mereka mencari teman dalam melakukan olah raga ini.

D. Analisa
Secara umum, atlet tersebut di atas, atau atlet yang termasuk dalam olah raga yang sudah maju tidak tahu tentang olah raga lain di Malang. Dari semua responden, mereka berkata bahwa olah raga yang mereka ikut di Malang cukup maju, dan mereka tidak tahu tentang olah raga lain. Mereka menekuni olah raga yang diikutinya, mereka mempunyai timnya. Ini membuat mereka komplit dalam hidup olah raga. Mereka termasuk dalam klub atau organisasi sendiri, dan itu klub atau organisasi yang kuat sekali dalam kebersamaannya. Mereka secara umum tidak memfokuskan pada olah raga lain yang harus berjuang untuk maju karena mereka hanya tahu tentang situasi dalam olah raga mereka sendiri. Atlet berprestasi ini, termasuk pemimpin dan anggotanya seperti klub sendiri. Memang masih ramah dan akan membantu orang lain, tetapi mereka sudah mempunyai identitas, dan identitas itu berjalin dengan olah raganya.

ATLET YANG BERMAIN UNTUK OLAH RAGA YANG BELUM MENDAPATKAN PERHATIAN
A. Atlet PON XVI Lain
Pada pihak yang lain, ada beberapa atlet yang sudah berprestasi tetapi bermain olah raga yang kurang mendapatkan perhatian di Malang. Atlet ini ikut PON XVI Pelembang tetapi sebagai tim dengan hanya satu, dua atau tiga atlet. Mereka masih atlet berprestasi seperti atlet lain, tetapi mereka tidak sebagian kelompok besar seperti tersebut di atas. Yang menarik tentang atlet ini adalah bahwa mereka menjadi satu kelompok dari beberapa jenis olah raga. Walaupun mereka tidak masuk tim yang besar, mereka masih mencari atlet dari olah raga lain dan berteman. Ini dapat dilihat di upacara penghargaan atlet PON XVI tersebut. Semua atlet sudah kenal atlet yang lain dalam tim PON XVI Jawa Timur dan kelihatan seperti teman, tetapi untuk olah raga yang yang kurang mendaptkan perhatian tidak ada tim tetapi ada atlet sendiri, berdua atau bertiga saja. Dalam angket, lain dengan orang yang bermain olah raga yang sudah cukup besar, semua atlet ini berkata bahwa olah raga yang ditekuni tidak mempunyai cukup perhatian di Malang. Misalanya, seorang atlet berkata bahwa olah raganya, panjat tebing, masih kurang sarana. Dia juga berkata bahwa pengurus harus memperhatikan kebutuhan atlet seperti prasarana dan dana. Sepemain softball berpendapat bahwa olah raga di Malang masih kurang perhatian baik dari masyarakat ataupun pemerintah. Tidak hanya atlet PON XVI, seorang atlet yang ikut Olimpiade Athena juga ingin olah raga di Malang lebih diperhatikan, panjat tebing khususnya, supaya olah raga panjat tebing di kota Malang lebih banyak peminatnya dan berprestasi setinggi-tingginya.

B. Analisa
Dua kelompok atlet tersebut masih bermain untuk alasan yang sama dengan atlet lain, misalnya hobi, menyenangkan dan kesehatan. Mereka mau prestasi seperti atlet apa saja, dan percaya bahwa semua olah raga di Malang harus mempunyai lebih banyak perhatian untuk menjadi lebih maju. Akan tetapi, atlet yang mempunyai perjuangan mau prestasi bukan hanya untuk sendiri tetapi juga karena kalau mereka berhasil, itu dapat membantu olah raganya berkembang dan mendapat lebih banyak perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Identitas mereka termasuk perjuangannya untuk menjadi juara jadi orang lain bisa mengetahui lebih banyak tentang olah raganya. Kalau mereka berhasil dalam kompetisi, mereka dapat memakai itu sebagai cara untuk meningkat perhatian olah raga di Malang. Atlet lain seperti tim balap sepeda sudah memasuki timnya dan identitasnya termasuk tim dan olah raganya. Mereka sudah termasuk dalam klub dan ini bagian hidup dan identitasnya.

MOTIVASI PEMAIN OLAH RAGA
Bagian ini akan menggambarkan tentang orang yang bermain olah raga karena mereka senang bermain, walaupun tidak akan berkompetisi pada tingkat nasional atau internasional. Mereka bermain untuk klub atau organisasi dan biasanya berlatih beberapa kali seminggu. Orang tersebut bermain untuk beberapa alasan, dari menyenangkan saja sampai mempersiapkan untuk kompetisi. Kebanyakan mereka bermain untuk menyenangkan dan untuk kesehatan. 

Mereka berlatih beberapa kali seminggu karena tanpa olah raga, mereka akan bosan atau merasa kurang. Untuk orang seperti ini, olah raga dilakukan untuk menjaga kondisi tubuh, untuk kesehatan, membina mental, mencapai prestasi dan sosialisasi. Mereka bermain untuk mereka sendiri, karena mereka mau bermain. Olah raga adalah bagian dari kehidupan mereka.

A. Metode
Untuk bagian ini, peneliti bertanya kepada kelompok anak Universitas Negeri Malang. Ada anak yang ikut jurusan olah raga, dan ada anak di jurusan lain. Peneliti ke tempat olah raga mahasiswa dimana ada orang yang bermain beberapa jenis olah raga. Ada bola voli, karate, pencat silat, sepak bola, bola basket dan sebagainya. Betul, anak hanya dari satu universitas, dan observasi hanya tentang anak ini. Akan tetapi, saya memfokuskan pada kelompok ini karena mereka dari beberapa jenis olah raga dan mempunyai pendapat sendiri tentang olah raga di Malang. Dalam topik olah raga dan identitas, kelompok ini mungkin kelompok utama yang menunjukkan bahwa olah raga dapat menjadi bagian hidup untuk orang. Mereka mewakali banyak orang lain di Malang yang bermain untuk alasan yang sama. Seperti atlet berprestasi, peneliti juga memberi orang ini angket khusus untuk anak ini. Yang menarik tentang kelompok ini adalah bahwa mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan secara penuh dan lengkap. Mereka mempunyai pendapat tentang banyak aspek olah raga di Malang, dan tidak malu untuk mengemukakan pendapatnya. 

B. Jawaban dan Observasi
Waktu peneliti ke tempat mereka berolah raga dan memberi angket, peneliti agak terkejut dengan jawaban tentang berapa sering mereka bermain. Kebanyakan mereka berlatih sering sekali dan cukup intensif. Waktu peneliti bertanya berapa kali seminggu mereka bermain, hanya ada satu orang dari dua puluh responden yang berlatih dua kali seminggu. Semua yang lain berlatih tiga kali seminggu atau lebih, dan ada beberapa orang yang berlatih sebanyak enam kali seminggu atau setiap hari. Alasan spesifik kenapa mereka ikut sangat berbeda untuk semua orang. Ada yang bermain untuk mengisi waktu kosong. Beberapa orang berkata mereka ikut olah raga untuk menjaga kondisi dan kesehatan tubuh dan membentuk tubuh. Ada yang bermain untuk menyenangkan sebagai hobi saja. Responden lain berkata bahwa dia bermain “karena ditubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.” Ada yang berkata bahwa mereka mau mencapai prestasi, dan seorang lain suka bermain karena dapat menemukan tantangan baru. Mereka suka sosialiasi dalam olah raganya dan juga ada yang berkata olah raga adalah bagian dari hidupnya. 

Selain dari faktor kesehatan dan fisik, dari observasi peneliti, ada banyak orang yang ikut olah raga karena mereka bisa membuat teman baru dan mempunyai kesempatan untuk sosialiasi. Sebenarnya mereka ke lapangan untuk latihan tetapi ada kesempatan untuk sosialisasi juga. Misalnya ketika peneliti ke situ, pemain tidak bisa berlatih karena mulai hujan. Jadi, sambil menunggu hujan berhenti semua anggota duduk di ruang yang sama dan ngobrol untuk beberapa jam. Mereka ramah kepada semua orang yang ada di situ, dan waktu ada anggota baru, mereka diterima juga. Misalnya peneliti lihat ada anggota lama yang belum kenal dengan orang yang baru ikut. Anggota lama itu langsung, tanpa menunggu untuk menyapa orang lain, memperkenalkan diri dan ngobrol tentang jurusan kuliah dan sebagainya. 

Selain itu, sosialisasi ini dapat dilihat dengan kelompok karate waktu ada training camp atau satu malam mereka pergi ke tempat lain bersama untuk berlatih. Mereka tinggal untuk satu atau dua malam dan berlatih di tempat alami dan indah. Peneliti tidak pernah ikut training camp seperti itu, tetapi sudah melihat semua foto-foto dan mendengarkan cerita dari orang yang ikut. Laki-laki dan perempuan tetap ikut bersama. Ada foto mereka semua berteriak dan tertawa waktu main di sungai sambil masih memakai seragam. Kelihatan semua orang senang dan suka sekali training camp seperti itu karena mereka bisa berdua berlatih dan bermain dengan temannya. Mereka memilih sendiri untuk ikut training camp dan mereka suka ikut karena bisa menjadi lebih akrab dengan teman olah raganya dan juga karena bisa berlatih di tempat indah. Mereka tidak akan melupakan hal ini dalam hidupnya, dan mereka senang sekali waktu iktu. Olah raga tersebut merupakan bagian dari hidupnya.

Hal lain yang dapat digambarkan adalah bahwa ada banyak klub atau organisasi yang belum mempunyai fasilitas atau tempat berlatih yang cukup. Misalnya tim karate harus berlatih di padang ramput di tengah jalan. Mereka tidak mempunyai gedung yang bisa dipakai atau tempat lain yang memadai. Ini sama dengan olah raga lain tetapi mereka terus bermain bagaimanapun kekurangan fasilitas. Ini memunculkan persoalan untuk mereka pada musim hujan, karena biasanya hujan setiap hari dan mereka tidak bisa berlatih kalau hujan karena tidak ada tempat yang tertutup. Mereka berkata bahwa memang mereka sangat ingin dan akan senang kalau dikasih fasilitas yang baik, tetapi mereka juga tahu bahwa tidak ada kemampuan atau uang untuk mendapatkan fasilitas yang mereka inginkan. Oleh karena itu, beberapa responden berpendapat bahwa olah raga yang mereka ikuti harus terus mendapat lebih banyak dukungan dan perhatian dari pemerintah. 

C. Analisa
Walaupun ada banyak sekali olah raga lain di Malang yang dapat dimasukkan dalam kelompok ini, namun kelompok ini mempunyai jawaban yang relevan dan dapat mewakili seluruh Malang. Mereka berlatih dengan fasilitas yang kurang lengkap dan semua orang mempunyai alasan berbeda untuk bermain. Akan tetapi, yang ditemukan dari observasi dan angket adalah bahwa semua orang sangat cinta olah raga. Mereka cinta itu untuk berberapa alasan, tetapi semua orang bermain karena mereka mau dan suka. Kalau tidak ada olah raga untuk orang tersebut, hidupnya kurang lengkap. Dalam konteks olah raga dan identitas, olah raga adalah bagian besar identitasnya karena mereka bermain beberapa kali seminggu. Olah raga adalah separuh hidupnya, dan sebagian lagi untuk digunakan tidur. Mereka mengerti tentang olah raga lain, dan kecintaan olah raga menambah pengetahuan tentang isu olah raga dalam komunitas lokal, nasional dan dunia.

OLAH RAGA SORE DI TEMPAT UMUM
Ada sebagian besar olah raga di Malang yang tidak diorganisasikan dan tidak dipimpin. Ini adalah olah raga di jalan, di mana setiap sore anak dari mana-mana keluar rumahnya dan bermain olah raga di lapangan umum atau jalan. Mereka bermain dengan siapa saja yang mau bermain.

Ada beberapa jenis olah raga yang dilakukan di jalan. Tentu saja ada anak yang bermain sepak bola, tetapi selain itu ada bulu tangkis, bola basket, bola voli, skateboard, sepeda dan beberapa jenis lain. Kalau ada olah raga bisa bermain di jalan, biasanya ada anak yang akan bermain.

A. Metode
Dekat tempat tinggal peneliti ada beberapa lapangan dan jalan besar di mana anak bisa bermain. Setiap sore ada orang yang lewat depan rumah peneliti untuk bermain sepak bola di lapangan dan juga ada anak yang bermain skateboard dan sepeda. Jadi sering kali peneliti lewat di sekitar tempat mereka berolah raga dan sering menonton mereka bermain atau berbicara dengan mereka. Kadang-kadang peneliti juga ikut, dan sudah menjadi teman dengan anak ini. Ada olah raga di jalan di mana-mana di Malang jadi sering kali peneliti ke tempat lain atau rumah teman dan melihat anak bermain di jalan di sekitar rumahnya. Peneliti juga memberi anket kepada beberapa pemain dan bertanya kepadanya.

B. Sepak Bola
Setiap sore banyak anak keluar dari rumah atau kampungnya dan berkumpul di lapangan umum untuk bermain sepak bola. Walaupun itu lapangan umum, semua orang tahu bahwa lapangan dibagi dalam waktu, yaitu orang yang masih mudah tahu bahwa mereka boleh bermain sampai kira-kira jam empat, dan setelah itu anak kecil keluar lapangan dan orang yang lebih tua akan bermain. Pembagian waktu ini sudah diketahui oleh semua anak dan dimengerti oleh semua orang. Jadi anak besar tidak mengganggu anak kecil dan baliknya. Setiap kali peneliti melihat, anak selalu bermain di lapangan yang sama biasanya dengan pemain yang sama.

Waktu mereka bermain, mereka juga tahu siapa ikut tim yang mana, jadi tidak perlu memakai baju yang sama atau seragam. Sekali peneliti bertanya tentang hal ini, bagaimana mereka tahu siapa termasuk di timnya. Mereka menjawab bahwa orang hanya tahu. Mereka sudah bermain sepak bola bersama cukup lama jadi tahu siapa kawan seregunya. Sehal yang menarik terjadi pada suatu hari waktu peneliti duduk dengan salah satu kelompok anak sambil mereka menunggu anak lain. Ada anak yang berjalan di jalan raya sambil membawa bola. Teman peneliti berteriak kepada anak tersebut. Mereka diterima seperti teman, tetapi waktu peneliti bertanya kepada teman siapa nama anak lain itu, jawaban adalah bahwa dia tidak tahu. Peneliti terkejut sekali karena mereka sering bermain bersama seperti biasa dan sebelum waktu itu peneliti mengira mereka sudah saling kenal karena hubungannya kelihatan cukup akrab. Kelihatan mereka tidak peduli siapa yang bermain, hanya bahwa mereka mempunyai cukup orang untuk membentuk dua tim.

Mereka bermain setiap hari, sementara berteriak dan bercanda bersama dan pertandingnya tidak terlalu serious. Mereka secara santai ikut peraturan-peraturan permainan sepak bola tetapi tidak ada wasit dan biasanya tidak ada percekcokan. Ada orang yang memakai sepatu sepak bola tetapi kebanyakan tidak bersepatu. Akan tetapi, semuanya memakai baju dan celana pendek. Orang yang bermain mempunyai kepandaian yang cukup bagus dan berlari agak cepat. Ada yang bermain untuk klub atau organisasi yang ikut, dan ada yang ikut hanya untuk kesenangan. Mereka tidak peduli tentang cuaca, dan ada beberapa orang yang masih bermain kalau lapangan basah dan juga ada sedikit orang yang akan bermain kalau hujan. Pemainan sepak bola sudah menjadi kebiasaan sehari-hari untuk banyak anak kampung, tidak hanya di tempat peneliti tetapi di beberapa lapangan lain di seluruh Malang.

C. Skateboard
Selain sepak bola, ada kelompok anak laki-laki yang bermain skateboard di tepi jalan besar. Mereka mempunyai papan sendiri, tetapi mereka juga mempunyai perlengkapan skateboard seperti landai dan galah yang mereka simpan di depan rumah di sekitar tempat bermainnya. Setiap hari, kira-kira jam empat mereka menyiapkan perlengkapan dan main skateboard selama dua jam atau lebih. Jumlah anak di situ tergantung pada hari, biasanya paling kurang tiga, sampai sepuluh orang atau lebih. Mereka tidak peduli bahwa orang yang lewat dapat melihat mereka berlatih dan jatuh, mereka hanya peduli tentang bermain skateboard terus. Anak-anak skateboard ini sudah saling berteman. Berbeda dengan anak yang bermain sepak bola, yang bermain skateboard semua teman yang akrab sekali. Umurnya berbeda, ada anak yang ikut Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan juga termasuk mahasiswa.

Mereka seperti ‘gerombolan skateboard’. Mereka teman yang akrab sekali, tidak peduli tentang umur atau sekolah mereka dan biasanya tidak berbicara tentang sekolah atau kuliah. Ada yang mempunyai sepeda motor dan telepon selular dan ada yang tidak. Mereka tidak peduli dengan status atau posisinya dalam masyarakat, mereka hanya berkumpul untuk menghabiskan waktu dan berlatih skateboard. Akan tetapi, kelompok ini tidak menakutkan dan eksklusif. Sebetulnya balik. Mereka suka sekali bertemu dengan orang lain, dan itu alasan peneliti menjadi temannya. Sama dengan anak lain yang mau ikut skateboard. Misalnya, ketika ada anak kecil, kelihatan kira-kira usianya delapan tahun dan suka sekali menonton anak bermain skateboard. Anak kecil ini datang dengan bapaknya dan kelihatan sangat berminat untuk mencoba bermain sendiri tetapi dia merasa terlalu malu. Anak ‘gerombolan skateboard’ langsung memberi anak itu sepapan untuk dipakai dan berkata, ‘ayo, coba, tidak apa apa’ sampai anak itu tidak takut lagi dan mencoba bermain sendiri.

Anak yang bermain skateboard ini, selain bermain setiap hari bersama, juga sering menghabiskan waktu bersama pada malam. Biasanya anak yang masih sekolah tidak ikut tetapi mereka yang tidak bersekolah sering bersama. Mereka menonton film, makan atau bermain musik bersama, dan kadang-kadang membolos sekolah atau kuliah untuk bermain. Kalau malam minggu, mereka akan bermain di rumah atau ke kafe, dan yang ikut mempunyai usia yang berbeda-beda. Mereka teman yang baik, ataupun mereka ikut skateboard karena temannya sudah bermain atau skateboard dan bertemu teman, bermain skateboard adalah bagian hidup mereka. Bermain skateboard adalah kesempatan untuk mereka melepaskan diri dari persoalan atau tekanan hidup dan menghabiskan waktu secara bersama-sama.

D. Olah raga Lain di Jalan
Olah raga sepak bola dan skateboard tersebut merupakan dua olah raga yang dilakukan di jalan. Ada beberapa jenis lain yang juga dilakukan setiap sore. Peneliti lihat di satu lapangan besar ada banyak orang yang bermain macam-macam olah raga dengan beberapa pertandingan dan permainan di satu lapangan. Ada orang yang bermain layang-layang, ada yang ikut lomba burung dan bola voli. Di tempat lain ada yang bermain olah raga seperti bulu tangkis dan bola basket. Mereka bermain sebagai hobi, menjaga kesehatan dan sosialiasi dengan temannya. Olah raga tersebut tidak semuanya dimainkan oleh masyarakat Malang, tetapi yang betul, olah raga dimainkan dimana-mana di Malang, setiap sore sampai menjelang malam.

E. Analisa
Anak-anak yang bermain di tempat umum bermain hampir setiap hari. Mereka bermain biasanya karena mereka menjalurkan hobi dan bermain sejak kecil. Itu tempat mereka bisa bertemu dengan teman dan bermain secara senang dan melupakan sebentar semua persoalan hidup. Bermain di tempat umum seperti itu merupakan cara biasa yang dilakukan bagi anak Malang, dan sudah menjadi gaya hidup mereka. 

1 komentar:

  1. Roulette merupakan permainan casino yang cukup terkenal, hingga saat berkunjung ke casino-casino di luar negeri, tentunya Anda akan menemukan banyak para bettor yang bermain permainan ini.

    Tujuan dari permainan roulette adalah untuk memilih nomor pemenang yang akan muncul pada roulette. Anda juga dapat bertaruh dengan kombinasi angka atau memilih warna (merah atau hijau) atau bilangan (ganjil atau genap).

    Dapatkan BONUS ROLLINGAN untuk permainan CASINO, sebesar 0.5% , bonus rollingan tetap diberikan kepada pemain casino baik menang ataupun kalah

    Menerima deposit dari seluruh Bank Di Indonesia, Dan semua uang digital seperti OVO, GOPAY, LINK AJA, DANA, JENIUS DLL.

    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
    ✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623

    BalasHapus