Sepak Bola, Indonesia dan Asean
Memang luar biasa penampilan Timnas Sepak Bola Indonesia dalam turnamen antar negara Asia Tenggara. Di ajang turnamen yang digelar dua tahun sekali ini hingga babak semi final, kesebelasan Garuda memenangi seluruh pertandingan. Bahkan di babak penyisihan group A, mereka mampu menunjukkan superioritasnya. Mengalahkan Timnas Malaysia dengan skor 5-1 dan Laos 6-0.
Khusus kemenangan telak atas negeri jiran memiliki makna tersendiri bagi rakyat Indonesia. Hal itu tampak pada ekspressi suka cita para suporter di lapangan Gelora Bung Karno, jutaan penonton TV, serta judul berita di media massa. Muncul lah kembali Kata “Ganyang Malaysia” yang pernah menjadi yel-yel pada masa konfrontasi dengan negara Mahathir ini di awal tahun 60-an.
Bagi rakyat Indonesia, ini adalah kemenangan simbolik setelah berbagai ketegangan hubungan terjadi di antara dua negara peristiwa di mana Indonesia terkesan disepelekan. Mulai masalah sengketa perbatasan, penyerobotan hak paten warisan budaya, hingga masalah perlakuan semena-mena terhadap pekerja Indonesia. Luapan kemenangan emosional juga merupakan bentuk sublimasi dari kekecewaan publik atas sikap pemerintahan SBY yang dipandang terlalu lembek dalam mereaksi perilaku menjengkelkan dari saudara serumpun ini.
Khalayak umum boleh saja mereaksi secara emosional atas perilaku “nakal” Malaysia. Masyarakat juga boleh gemas dengan argumen pemerintah, sebagaimana selalu dikatakan oleh presiden SBY: harus berpikir jernih, hati-hati, memperhitungkan dampak buruk yang bisa timbul dalam jangka panjang. Akan tetapi pemerintah tentu tidak mudah untuk ikut-ukutan meladeni ulah negara tetangga itu.
Posisi Indonesia dalam Asean
Agaknya, salah satu yang mesti dipertimbangkan masak-masak oleh pemerintah dalam mensikapi permasalahan yang terjadi dengan negara tetangga adalah posisi Indonesia dalam komunitas regional ASEAN. Jika ditilik dari potensi, posisi Indonesia di tengah-tengah organisasi yang dibentuk pada 8 Agustus 1967 ini sangat strategis, baik pada saat ini maupun untuk kepentingan Indonesia dan Asean sebagai kekuatan regional di masa depan. Selama ini Indonesia bisa dibilang berusaha berperan sebagai “saudara tua” bagi anggota ASEAN yang lain. Mengingat dari banyak hal Indonesia memang memiliki potensi sangat dominan.
Dalam hal luas wilayah misalnya, Indonesia menguasai sekitar 41% dari luas total kawasan ASEAN yang sekitar 4,435,670 km2. Dari sekitar 590 juta total penduduk Asean, 31%-nya adalah penduduk Indonesia. Memang pendapatan perkapita rakyat Indonesia masih berada di urutan ke lima setelah Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Hingga 2009, pendapatan per kapita Indonesia masih sekitar 4,000 dollar, jauh di bawah Singapura yang diperkirakan sudah mencapai di atas 49.000 dollar. Namun demikian PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Indonesia jauh di atas PDB negara-negara Asean yang lain. Besaran PDB terdekat adalah Thailand, yaitu 264 juta dollar, yang kurang dari separuh besaran PDB Indonesia yang mencapai 546 juta dollar.
Clark Neher dan Ross Marley, sebagaimana dikutip oleh Donald E Weatherbee, membuat skala demokrasi di Asia Tenggara dengan empat katagori yaitu: negara demokrasi, semi demokrasi, semi otoritarian dan otoritarian. Dalam kesimpulannya, bahwa hanya Indonesia lah satu-satunya negara demokrasi di kawasan Asia Tenggara. Kesimpulan ini sebetulnya hanya memperkokoh predikat Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ke tiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat.
Indikator lain adalah mengenai indeks kebebasan. Freedom House dalam “Annual Freedom Index” menetapkan indeks kebebasan di suatu negara dengan memberi skor pada dua aspek yaitu dalam hal pemberian hak-hak politik dan kebebasan sipil. Skor tertinggi 1 dan terendah 7 yang kemudian disimpulkan apakah suatu negara itu “bebas”, “agak bebas”, atau “tidak bebas”. Hasilnya untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia dibawah pemerintahan SBY menjadi satu-satunya negara ASEAN yang meraih predikat “Bebas”. Dalam hal pemberian hak-hak politik meraih skor 2, dan dalam hal kebebasan sipil meraih skor 3 (selengkapnya lihat tabel).
Memasuki tahun 2011
Memang ada komentar-komentar miring datang dari negara tetangga tentang praktek demokrasi dan kebebasan di Indonesia, yang mereka anggap sudah kebablasan. Dengan pandangan yang negatif mereka menuding praktek itu telah mengakibatkan keadaan ekonomi Indonesia terpuruk dan kondisi keamanannya kacau. Secara psikologis pandangan negatif tersebut sebetulnya adalah merupakan hello effect dari kenyatan yang mereka lihat dan informasi yang mereka dapatkan dari media massa. Keterpurukan ekonomi mereka simpulkan dari banyaknya WNI yang berduyun-duyun menjadi pekerja rendahan di negeri tetangga terutama Malaysia dan Singapura. Sedang pandangan bahwa keamanan Indonesia kacau mereka simpulkan dari banyaknya berita kerusuhan, unjuk rasa, serentetan aksi terorisme beserta reaksi aparat berupa perburuan terhadap pelaku teror yang melebihi dosis.
Dengan mencermati indikator potensi maupun kinerja yang diraih Indonesia hingga saat ini, seharusnyalah bangsa Indonesia optimistis pada masa depannya. Seluruh rakyat Indonesia pasti berharap Timnas sepak bolanya dapat memenangi pertarungan melawan kesebelasan Malaysia di babak final nanti. Meski hanya kemenangan dalam permainan olahraga, pasti bakal memiliki dampak yang dahsyat. Akan bisa menjadi obat pelipur lara atas bencana yang melanda di mana-mana, obat kecewa menyaksikan aksi panggung politik yang penuh akrobat serta kesangsian atas penuntasan berbagai perkara penyelewengan. Dengan demikian kemenangan Timnas kelak membuat bangsa ini tidak gontai ketika melangkah memasuki tahun 2011.
Kebangkitan Indonesia menjadi kekuatan dominan di kawasan Asia Tenggara sebetulnya hanya soal waktu. Ketika berbagai sisi buruk praktek demokrasi sudah bisa dieliminasi, kemajuan ekonomi sudah mencapai kulminasi, kekuatan militer sudah dibenahi; kelak Indonesia akan semakin disegani dan semakin percaya diri memimpin saudara-saudaranya sesama negara anggota ASEAN dalam menjaga kedaulatan keamanan, ekonomi mapun politik regional.
Sabtu, 24 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 komentar:
Posting Komentar